Sabtu, 19 Oktober 2019

Toraja Ma'elo


The Power of Spoken Words!
Pernah dengar penggalan kalimat ini? Ya, bisa dibilang apa yang keluar dari mulut memilki kekuatan ibarat sebuah doa dan lagi-lagi ini yang Beta alami. Sempat berkelakar akan datang ke Toraja (lagi) di lain waktu, dan benar saja Beta kembali ke Tana Toraja. Jika tujuh tahun lalu mengawali start dari Kota Pahlawan, kali ini Beta mengawali perjalanan dengan kota dengan senyuman manis dan kulit eksotis; Ambon Manise.
Riuh suara klakson mobil angkutan umum sudah terdengar dari kejauhan, perlahan kapal penumpang yang bernamakan salah satu gunung di Magelang baru saja memasuki Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Menggunakan layanan PT.Pelni untuk menuju pintu gerbang Provinsi Sulawesi Selatan selama dua hari lamanya, kemudian melanjutkan perjalanan darat selama delapan jam untuk menuju Toraja, hmm.. membayangkan saja sudah pasti melelahkan. Hayooee... mau bilang apa lai,, hajar saa.. sejenak menjauh dari rutinitas.. hhe.. Karena perbaikan sistem layanan penumpang (satu tiket, satu tempat tidur), ada baiknya pesan tiket kapal jauh-jauh hari agar tidak kehabisan.
Tiket baru Kapal Pelni

Suasana di dalam Kapal Todar

Gimana rasanya terombang-ambing di lautan selama dua hari? Membosankan..hha.. Tiba pukul 19.30 WITA di Makassar, Beta memilih untuk menggunakan Bus Litha dengan berbagai jadwal dan rute perjalanan. Oh iya, sekarang pesan travel Bus seperti ini sudah bisa dipesan di Traveloka. Mantab..
Sambil makan sambil nyanyi I will Survive'nya Maroon 5 >_<


Yang katanya salah satu lokasi melihat spot sunset terbaik di dunia, Ujung Pandang a.k.a Makassar

Tiket Bus Litha, Makassar - Toraja : Rp. 170.000,-

Agen Bus Litha melayani Palopo lintar Provinsi di Sulawesi

Bus yang  akan membawa ke Toraja yang lebih mirip hotel berjalan..hhe.. 


Berburu tenun di Sa’Dan sampai blusukan di Pasar Belu
Semilir angin dingin menembus kain selimut yang disediakan pihak Bus Litha, bukan karena AC di dalam Bus, namun udara khas dataran tinggi yang menyusup dari pintu saat penumpang turun. Semacam sapaan bahwa Beta sudah sampai di pusat kota Kabupaten Toraja Utara; Rantepao.
Dengan bantuan Google maps & motor matic yang Beta rental seharga 70rb / hari, cukuplah menjadi modal keliling dataran eksotis ini selama 4 hari kedepan..hhe.. Setelah istirahat sebentar, Beta memustuskan untuk menyambangi Desa Sa’Dan, tempat dimana sentra Kain Tenun Toraja dibuat. Dari Rantepao ke Desa Sa’Dan dapat ditempuh sekitar satu jam.

Mama penenun di Desa Sa'Dan atas

Mama penenun di Desa Sa'Dan atas

Nenek Penggau yang usianya sudah 90th'nan. Masih sehat dan sungguh masih mendedikasikan untuk tenun

Akhirnya lo punya foto kayak gini..hhe.. 

Beliau tidak sungkan untuk diajak selfie, sudah biasa katanya..hhe.. :)

Desa Wisata Sa'Dan bawah

Pintu masuk kawasan Sa'dan
Nah, kalau ditanya takut nyasar sih enggak ya (karena beberapa kali memang disasarkan Google Maps..hha), lebih takut ban motor bocor di tenggah pematang sawah karena beberapa ruas jalan rusak menjadi kekhawatiran Beta selama menjelajah Toraja Utara.
Keesokan paginya, Beta memilih berburu kerajinan tangan di Pasar Rantepao dan menengok ratusan ekor Tedong (Kerbau) yang perjualbelikan di Pasar Belu yang diadakan hanya pada hari Sabtu. Sudah menjadi rahasia umum jika Tedong menjadi salah satu hewan kurban wajib saat upacara kematian dengan harganya yang cukup fantastis. Beberapa jenis Tedong diantaranya; Tedong Lumpur, Tedong Albino, Tedong Salepo (bercak hitam di punggung), Tedong Lutung BokeTedong yang besar, gemuk dan bersih jika diperhatikan nampak gagah memang. Semacam simbol kewibawaan serta kasta bagi siapa saja yang memilikinya.

Tedong Bonga

Tedong yang gagah..

Aneka jenis tedong anakan sampai dewasa ada di sini

Pilih dipilih..

Sabung ayam dan area jual unggas di Pasar Belu

Babi hutan selain untuk konsumsi seharian, juga untuk hewan ternak sekaligus sarana adat


Di hari yang sama Beta mendapatkan informasi dari tempat menginap jika akan diadakan adu Tedong atau biasa disebut Ma’Pasilaga Tedong di salah satu desa (yang pada akhirnya Beta tahu bahwa ini adalah bagian dari rangkaian upacara pemakaman adat). Aturan mainnya sih sederhana, Tedong akan diadu secara bergantian sampai acara berakhir, siapa yang paling tangguh ialah jawaranya. Tak pelak lembaran uang puluhan sampai ratusan ribu keluar dari saku dari saku penonton untuk mempertaruhkan Tedong jagoan mereka.
Ma;Pasilaga Tedong

Serasa nonton adu Banteng di Amerika Latin,,hhe..

Hiburan rakyat..
Happy Sunday
Setiap kali backpacker’an, Beta berusaha (sebisa mungkin) untuk menyempatkan beribadah di tempat yang Beta singgahi. Terlepas dari kewajiban Beta sebagai umat kristiani, Beta ingin berbaur dan menyelami kehidupan masyarakatnya. Kali ini Beta berkesempatan beribadah di Gereja Tua Toraja yang berada di pusat kota Rantepao. Uniknya, ibadah sampai dilakukan sampai empat kali karena jumlah jemaat melebihi kapasitas daya tampung gereja yang mungil.
Gereja Tua Toraja Utara

Interior Gereja dengan jadwal Ibadah pada pukul : 06.00, 09.00, 16.00 & 18.00 WITA

Tidak ingin menyia-nyiakan satuharipun untuk eksplore daerah yang tersohor dengan biji kopinya ini, selesai ibadah Beta langung tancap gas menuju Desa Bori. Susunan batuan menhir sebagai penghormatan roh nenek moyang dan leluhur masih banyak dijumpai di daerah ini. Karena Kalimbuang Bori sebenarnya adalah kompleks pemakaman keluarga, jangan lupa untuk menjaga etika dan selalu tanyakan kepada petugas / penduduk sekitar jika ada hal yang belum diketahui. Estimasi waktu dari Rantepao menuju Kalimbuang Bori adalah 45 menit dan dikenakan biaya Rp.15.000,- sebagai retribusi. Susunan batuan yang kokoh, tongkonan, area persawahan dan hutan bambu membuat komplek ini semakin artistik jauh dari kata menyeramkan..hhe..
Batuan menhir yang gagah, kebayang aja bagaimana cara menata dan mengangkut di kompleks ini

Untuk mendirikan satu batuan menhir, harus mengorbankan puluhan hingga ratusan hewan kurban

Komplek pemakaman yang abadi

Melewati persawahan, perjalanan menuju Bori Kalimbuang 

Suara riuh di tengah sawah mengalihkan perjalanan Beta, oh sepertinya ada acara warga batin’Ku. Asyiknya kalau berkunjung ke Toraja paska panen raya ya gini, kita akan menemukan beberapa aktivitas warga salah satunya Ma’seba. Acara baku tendang kaki antar pemuda desa, tiada rasa benci dan dendam setelah acara selesai. Justru raut wajah kegembiraan dan persaudaraan dari acara yang pada awalnya terlihat seperti tawuran..hhe..
Ma'Seba,,


Menyaksikan Prosesi Pemakaman Adat yang sakral
Angin dingin yang terbawa dari kabut lereng Gunung Sesehan di Batutumonga menembus kulit. Selain karena Beta yang salah kostum, sepertinya tubuh terlanjur terbiasa dengan deburan ombak dan panas terik Pantai Natsepa Ambon..hhe.. Hari terakhir sebelum memutuskan untuk kembali ke Makassar, yang niat awalnya hanya ingin melihat pekuburan batu di Lokomata malah berujung melihat prosesi sakral Rambu Solo’ saat bertemu dengan pemuda Toraja di tengah perjalanan; Roman Pongsama’. Kebetulan lokasi prosesi Rambu Solo melewati Lokomata, nah Lokomata adalah pekuburan batu besar yang terletak di pinggiran jalan. Amazed aja sih, ada batu sebesar ini di sisi jalan dan itu adalah komplek pemakaman yang instagramable. 
Pekuburan Lokomata, asli batu ini besar banget..

Lokomata dari sisi lain

Sepanjang perjalanan menuju Desa Buntu Pepasan (dimana prosesi Rambu Solo’ diadakan), Beta tak henti-hentinya berdoa & berharap semoga ban motor tidak bocor. Bagimana tidak, jalan yang bebatuan tanpa aspal serta perjalanan turuk naik lembah membuat Beta selalu was-was. Bang Roman terus meyakinkan Beta bahwa Desa sudah di depan, padahal aslinya masih jauh banget..hadehh..PHP ini namanya.hha..
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan yang asli keren) 

Tongkonan di perbukitan..what a view..

Batuan menhir banyak sekali di pedesaan, wujud penghormatan kepada nenek moyang

Nggak sengaja nemu air terjun pas perjalanan menuju desa; Air Terjun Sarambu

Pasca panen
Kebetulan sekali hari ini akan dilangsungkan dua acara adat Rambu Solo’ di dua keluarga yang berbeda. Karena memasuki revolusi digital 4.0 (yang berimbas dalam menurunnya minat baca), oke, Beta akan menjelaskan dan mepersingkat pengalaman Beta saat melihat prosesi Rambu Solo’ di dua tempat tersebut. Rambu Solo’ sendiri berarti ritus persembahan untuk orang mati, biasanya rangkaiannya dilaksanakan sesudah pukul 12.00 siang seiring matahari mulai bergerak menurun ke arah barat. Disini Beta paham kenapa beberapa kali Bang Roman menanyakan jam saat perjalanan menuju desa tempat diselenggarakan acara. Nah, kalau mau tahu tahapan prosesi serta srata adat pemakaman Rambu Solo’ sebenarnya ada banyak. Saat ini Beta berkesempatan menyaksikan prosesi Dipatallung Bongi, yakni prosesi pemakaman dengan minimal 4 kerbau dan puluhan babi serta prosesi penguburan yang berlangsung selama tiga hari tiga malam. Rangkaiannya terdiri dari : Hari pertama adalah Ma’Pasilaga Tedong (Pertandingan Kerbau) dan penurunan peti jenazah di halaman rumah saat malam hari. Hari ke-dua adalah Ma'Tinggoro Tedong (Sembelih Kerbau) dan penerimaan-tamu serta berlanjut pada prosesi terakhir yakni mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman.

Persiapan Ma'Pasilaga Tedong. Tedong didoakan sebelum diadu *Keluarga Bang Roman

Tedong di keluarga Bang Roman

Tedong di keluarga Bang Roman sedang didoakan, nampak seorang pemangku adat sedang berdoa agar segala rangkaian acara berjalan lancar.

Ma’Badong, kidung pujian untuk menghibur keluarga yang tengah berduka yang berisi perjalanan hidup manusia dari lahir sampai kembali ke alam baka.

Ma’Badong, kidung pujian untuk menghibur keluarga yang tengah berduka yang berisi perjalanan hidup manusia dari lahir sampai kembali ke alam baka.

Pas banget, saat kedatangan upacara memasuki sesi Mapasonglo / upacara penyambutan tamu

Para kerabat membawakan hewan ternak (umumnya Babi) untuk diberikan kepada keluarga yang beduka

Tribun tamu dan para ta'siah

Ma’Badong yang sakral

Pembagian hewan kurban yang telah dipotong, untuk dibagikan ke tamu
Toraya Ma'Elo; Totraja yang elok dan cantik kurang lebih seperti itu artinya. Sampai jumpa di lain kesempatan.

Ucapan Terimakasih kepada :
1. Tuhan YME, yang senantiasa mendampingi dalam perjalanan ini sampai lancar
2. Bang Roman Pongsama’ atas segala bantuan serta arahannya untuk menyasikan prosesi pemakaman Rambu Solo'.
3. Yang mau tanya rental motor / penginapan selama di sana, silahkan kontak saya by DM ya.
Terimakasih