Setelah mencari informasi dan berkontak dengan beberapa relasi, akhirnya Beta dipertemukan dengan teman-teman dari Moluccas Costal Care (MCC). Teman - teman ternyata sedang berkegiatan di Pulau Run dan Beta berkesempatan untuk join satu perahu dengan mereka. Makasih lo..hhe..
Sampai di Pulau Run pada saat kondisi air surut |
Kalau boleh jujur, matahari di Pulau Run sangat menyengat, ditambah lagi acara dimulai pukul 14.00 siang..langsung auto gosong..hhe.. Sambil menungggu acara perlombaan perahu belang di mulai, Beta dan teman-teman MCC sengaja berkeliling pulau untuk melihat perkebunan Pala. Jujur Beta sangat exited, everyone know that Pulau Run and New York is a sister..hhe..Ya, gara-gara "rebutan" Pala inilah, Inggris dan Belanda akhirnya menandatangani perjanjian Breda untuk bertukar New York dengan Pulau Run.
Buah Pala yang sudah matang pohon. Seneng rasanya bisa melihatnya secara langsung |
Dimana ada tumbuh Pala, pasti ada Pohon Kenari. Pohon Kenari ini sangat besar sekali. Sempat takut saat mau foto..hha.. |
Jelajah perkebunan Pala bersama teman-teman MCC |
Pemandangan Pulau Run nampak dari atas bukit. |
Beta senang dapat melihat perlombaan Perahu Belang secara langsung, apalagi diselenggarakan'nya di lokasi yang sangat bersejarah. Tapi sayang, nggak bisa menyaksikan perlombaan dengan dekat, karena dermaga dikhususkan bagi tamu VIP.. :( Perlombaan ini diikuti oleh enam negeri yang berada di Banda dan dimenangkan oleh Team dari Pulau Ay.
Nampak Perahu Belang Pulau Ay sesaat setelah memasuki garis finish |
Foto bersama pendayung Perahu Belang |
Perahu Belang sesaat setelah melewati garis finish |
Bertemu Teman Baru dan Sahabat Lama
Saat tahu Beta akan ke Banda Naira, rekan kerja Beta; Elvira, langsung exited but also jealous. Karena memang Vira sudah mendambakan untuk foto-foto dan jelajah sudut Banda namun belum kesampaian *lain kali ya..hhe.. But she support me dengan memberikan kontak salah satu temannya yang berada di Banda; Resty a.k.a Jhony namanya. Cewek tomboy satu ini sangat friendly and no limit alias bocor, bakalan ngakak terus kalau jalan sama ni anak..hha.. Setelah ngobrol, benar saja dia kenal dengan salah satu teman yang Beta kenal saat ke Banda tujuh tahun lalu, Tresna namanya. And finally we meet again and make a little trip to Lonthor with her friend Esti and we having fun there. Dari Naira ke Banda Besar dapat ditempuh sekitar 15 menit ke Dermaga Boiyauw dengan menggunakan speed. Kami melanjutkan jalan kaki menuju Lonthor (Benteng Holandia) dengan jalan kaki sekitar 30 menit..hhe. Dengan pemandangan yang luar biasa di Benteng Holandia, enggan rasanya untuk cepat-cepat pergi dari tempat ini.
Dari Kiri ke Kanan; Resty, Tresna, Beta dan Penty |
Perigi Pusaka. Mata Air (Sumur) di atas bukit dengan pemandangan Kebun Pala di atas'nya dan Gunung Api Banda sebagai latarnya |
Dari Benteng Holandia, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Perigi Pusaka. Perigi Pusaka adalah sumur mahta air tawar yang sarat akan sejarah. Setiap satu dekade, sumur ini dikuras dan dibersihkan dengan prosesi adat. Untuk masuk ke kawasan ini, para pengunjung dikenakan sumbangan secara sukarela. Sore menjelang kami kembali ke puat kota di Naira dengan menyeberang dari tempat yang sama.
City Tour di Naira
Tidak banyak aktivitas yang Beta kerjakan selama sisa dua hari di Naira, karena memang ini bukan pertamakalinya Beta mengunjungi Banda. Beta memutuskan untuk rebahan dan bersantai sejenak di penginapan, selain back'up data di HP, panas terik yang menyengat menjadi alasan untuk beta "ngadem" sejenak. Sore harinya Beta berkesematan untuk eksplore beberapa museum yang sudah menjadi waiting list yang belum kesampaian selama ini. Rumah Budaya Banda, Rumah Pengasingan Syahrir, Rumah Pengasingan Bung Hatta,,dan pastinya Benteng Belgica dengan pemandangannya yang juara menjadi daftar wajib yang tak boleh dilewatkan.
Koleksi Rumah Budaya Banda Naira |
Koleksi Rumah Budaya Banda Naira |
Rumah Pengasingan Bung Syarif |
Rumah Pengasingan Bung Hatta tampak depan |
Ruang Tamu Rumah Pengasingan Bung Hatta |
Membayangkan dahulu belum ada lampu dan Beliau menuliskan beberapa pemikirannya dan membawa buku bacaanya yang banyak itu di kamar ruangan ini. |
Kamar Bung Hatta, auranya sangat positif. |
Meja belajar di area ini masih otentik
|
Di Rumah Budaya Beta berkesempatan bertemu dengan Ibu Fenny Frankemon. Beliau adalah pengelola Rumah Budaya Banda, dan setelah ngobrol-ngobrol tentang kuliner di Banda, Beta tertarik untuk memesan Kue Lonthar khas Banda yang dibuatnya sebagai buah tangan teman-teman di Ambon.
Kue Lontar khas Banda dari Mama Feny Frankemon |
Sekali lagi Beta mau bilangbahwa ini bukan pertama kalinya Beta datang ke Banda, dan entah mengapa selalu enggan meninggalkan kepulauan yang penuh sejarah ini. Aura melankolis khas anak rantau seketika kambuh saat teman-teman mengantar Beta berangkat ke Pelabuhan. Sampai bakudapa di lain kesempatan. Danke
Lihat video lengkapnya yuk, link terlampir :
Estimasi Biaya Perjalanan
Penginapan Delfika |
- Penginapan Delfika AC (Kamar Mandi Dalam) : Rp. 330.000,- / Room / Night
- Penginapan Nassau (Kamar Mandi Dalam) : Rp. 225.000,- / Room / Night
- Penyeberangan dari Pelabuhan Pasar Naira - Pulau Run : Rp. 50.000,-
- Penyeberangan dari Pelabuhan Pasar Naira - Boiyauw (Banda Besar) : Rp. 5.000,-
- Ojek Lonthor - Boiyauw : Rp. 10.000,-
- Tiket Ambon - Banda (dengan Kapal Pelni) : Rp. 100.000,-
- Tiket Banda - Ambon (dengan Kapal Pelni) : Rp. 100.000,-
- Makanan di Banda relatif terjangkau mulai dari : Rp. 10.000,-'an
- Donasi Rumah Budaya Banda : Rp. 20.000,-
- Donasi Rumah Pengasingan Syahrir : Rp. 20.000,-
- Donasi Rumah Pengasingan Bung Hatta : *Seikhlasnya
- Donasi Masuk Benteng Holandia : Rp. 1.000,- / Orang
- Donasi Masuk Benteng Belgica : *Seikhlasnya
Ucapan Terimakasih :
- Juan Saquarella atas informasinya
- Tresna, Esti, Resty untuk kesediaan waktunya selama Beta berada di Banda
- Teria dan teman-teman Moluccas Costal Care atas kesediannya mengikutsertakan Beta dari Naira menuju ke Run