*Sayang banget kalau pengalaman ini tidak Beta bagikan ke teman-teman. Selamat membaca..hhe..
Lawamena Haulala
Suatu kesempatan berharga ketika
Beta mendapat tugas bersama rekan-rekan sekerja di kantor, melihat langsung rangkaian prosesi adat dalam rangka memperingati
Hari Pattimura; Pahlawan Nasional dari Maluku. Nah yang membuat istimewanya
lagi peringatan kali ini adalah yang ke-200 th. Peringatan Hari Pattimura
diperingati setiap tanggal 15 Mei di Saparua. Yap, Kapitan Pattimura’lah yang
menyulut semangat pemuda dan masyarakat Saparua untuk menyerbu benteng Duurstede,
basis pertahanan Belanda pada 15 Mei 1817. Tentunya tak lain dan tak bukan
bahwa penyerbuan ini didasari oleh monopoli rempah-rempah (cengkeh & pala) yang
dilakukan oleh VOC di daerah ini. Untuk menuju Saparua, teman-teman dapat
menggunakan speed motor dari Pelabuhan Pasar Tulehu menuju Haria (Saparua).
Tarif 25.000,- / orang. Atau kapal cepat dari Pelabuhan Besar - Tulehu dengan tarif 125.000 / orang. Perjalanan dari Tulehu ke Saparua menempuh kurang lebih 1 jam.
Rangkaian Acara
Kami tiba di Saparua Sabtu, 13 Mei 2017. Memang saat itu ada beberapa agenda acara sebelum hari puncak salah satunya acara pesta rakyat (panggung hiburan musik) dengan kedatangan Massada Band, salah satu group band asala Belanda yang masih memiliki darah campuran Maluku. Selain itu juga pertunjunkan pukul sapu keesokan harinya antara dua negeri yang memiliki hubungan persaudaraan adat (Pela / Gandong) antara Negeri Mamala & Tiouw. Pastinya semakin menyemarakkan suasana, apalagi bagi pendatang seperti Beta , ini akan menjadi pengalaman yang berkesan..hhe..
|
Penampilan Massada Band berkolaborasi dengan pemuda-pemudi Saparua |
|
Atraksi Pukul Sapu; pertandingan persahabatan antara Negeri Mamala & Tiouw |
|
Serem? Nggak juga..hhe.. luka ini akan sembuh setelah diolesi dengan ramuan tradisional yang sudah diberi doa |
|
Peserta pukul sapu berfoto di depan Benteng Duurstede |
Nah,, jika mau melihat prosesi dari awal, sebenarnya keseluruhan prosesi diawali acara adat dari Negeri Tuhaha. Namun saat itu kami memilih untuk menunggu rombongan di Gunung Saniri. Seluruh warga desa Tuhaha dan beberapa daerah lainnya melakukan arak-arakan menuju
Gunung Saniri yang merupakan lokasi sang kapitan merencanakan strategi untuk
menyerbu Benteng Durstede yang mengakibatkan terbunuhnya Residen Van Denberg dan
keluarganya. Nah di lokasi inilah masyarakat menyalakan obor
sebelum melanjutkan arak-arakan semalaman suntuk mengelilingi Saparua.
|
Nah, di atas batu itu dipercaya masyarakat sang kapitan membuat api untuk menyalakan obor |
|
Menyalakan obornya bukan sembarangan lo, harus melalui prosesi adat. Tidak menggunakan korek api, namun dengan cara tradisional |
|
Tari-tarian cakalele, memberikan semangat sendiri saat prosesi penyalaan obor pattimura |
|
Warna merah sebagai simbol keberanian dan kewibawaan |
|
Tua, Muda, Laki-Laki dan Perempuan semua larut dalam semangat perjuangan. Jujur saja, Beta merinding saat melihat prosesi arak-arakan ini. Terbayang perjuangan sang Kapitan. |
|
Arak-arakan Obor Pattimura! |
Dahulu,
obor Pattimura ini diarak secara estafet dar Saparua menuju Lapangan Merdeka di
Pusat Kota Ambon. Karena faktor keamanan dan satu lain hal, saat ini prosesi
ini hanya dilakukan di Saparua saja. Nah, yang perlu di perhatikan saat
teman-teman berniat untuk menyasikan acara ini secara langsung, selain Gunung
Saniri; Pantai Waisisil & Rumah Kapitan di Haria adalah lokasi yang paling
bersejarah yang pantang untuk dilewatkan. Biasanya akan ada prosesi / atraksi khusus
saat arak-arakan obor berlangsung. Setelah obor menyala semalam
suntuk, pagi harinya (tangal 15 Mei) akan ada prosesi upacara di Lapangan
Merdeka Saparua. Nah, selesai dari acara ini, kita akan langsung makan bersama
(makan patita) bersama seluruh masyarakat Saparua yang hadir saat itu. (Tentang makan patita, pernah Beta bahas juga di postingan di Negeri Ema ya). Pastinya, aneka olahan kuliner / masakan tradisional tersaji secara gratis
untuk semua..hhe..jangan sampai terlewat momen yang satu ini.. J
|
Para Mama-Mama sedang menyiapkan aneka hidangan untuk masyarakat |
|
Budaya makan bersama sepertinya sudah mengakar di Indonesia ya, terlebih bagi masyarakat Maluku |
|
Asik,, tinggal pilih..hhe.. |
Karena Beta sebelumnya banyak cari tahu sebelum datang ke sana, eh benar saja, ada peluncuran kartu pos spesial 200 th peringatan acara ini. Tanpa menunggu lama, Beta langsung menuju kantor pos yang lokasinya tidak jauh dari lokasi. Bagaimana, tertarik untuk menyaksikannya tahun depan? |
Kartu Pos Edidi Khusus |
|
Bersama Nona-Nona dari Saparua..hhe.. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar