Sabtu, 20 Mei 2017

Menjadi Bagian dari; 200 Tahun Festival Pattimura

 

*Sayang banget kalau pengalaman ini tidak Beta bagikan ke teman-teman. Selamat membaca..hhe.. 

Lawamena Haulala

Suatu kesempatan berharga ketika Beta mendapat tugas bersama rekan-rekan sekerja di kantor, melihat langsung rangkaian prosesi adat dalam rangka memperingati Hari Pattimura; Pahlawan Nasional dari Maluku. Nah yang membuat istimewanya lagi peringatan kali ini adalah yang ke-200 th.  Peringatan Hari Pattimura diperingati setiap tanggal 15 Mei di Saparua. Yap, Kapitan Pattimura’lah yang menyulut semangat pemuda dan masyarakat Saparua untuk menyerbu benteng Duurstede, basis pertahanan Belanda pada 15 Mei 1817. Tentunya tak lain dan tak bukan bahwa penyerbuan ini didasari oleh monopoli rempah-rempah (cengkeh & pala) yang dilakukan oleh VOC di daerah ini. Untuk menuju Saparua, teman-teman dapat menggunakan speed motor dari Pelabuhan Pasar Tulehu menuju Haria (Saparua). Tarif 25.000,- / orang. Atau kapal cepat dari Pelabuhan Besar - Tulehu dengan tarif 125.000 / orang. Perjalanan dari Tulehu ke Saparua menempuh kurang lebih 1 jam. 

Rangkaian Acara

Kami tiba di Saparua Sabtu, 13 Mei 2017. Memang saat itu ada beberapa agenda acara sebelum hari puncak salah satunya acara pesta rakyat (panggung hiburan musik) dengan kedatangan Massada Band, salah satu group band asala Belanda yang masih memiliki darah campuran Maluku. Selain itu juga pertunjunkan pukul sapu keesokan harinya antara dua negeri yang memiliki hubungan persaudaraan adat (Pela / Gandong) antara Negeri Mamala & Tiouw. Pastinya semakin menyemarakkan suasana, apalagi bagi pendatang seperti Beta , ini akan menjadi pengalaman yang berkesan..hhe.. 
Penampilan Massada Band berkolaborasi dengan pemuda-pemudi Saparua

Atraksi Pukul Sapu; pertandingan persahabatan antara Negeri Mamala & Tiouw

Serem? Nggak juga..hhe.. luka ini akan sembuh setelah diolesi dengan ramuan tradisional yang sudah diberi doa

Peserta pukul sapu berfoto di depan Benteng Duurstede

Nah,, jika mau melihat prosesi dari awal, sebenarnya keseluruhan prosesi diawali acara adat dari Negeri Tuhaha. Namun saat itu kami memilih untuk menunggu rombongan di Gunung Saniri. Seluruh warga desa Tuhaha dan beberapa daerah lainnya melakukan arak-arakan menuju Gunung Saniri yang merupakan lokasi sang kapitan merencanakan strategi untuk menyerbu Benteng Durstede yang mengakibatkan terbunuhnya Residen Van Denberg dan keluarganya. Nah di lokasi inilah masyarakat menyalakan obor sebelum melanjutkan arak-arakan semalaman suntuk mengelilingi Saparua.
Nah, di atas batu itu dipercaya masyarakat sang kapitan membuat api untuk menyalakan obor

Menyalakan obornya bukan sembarangan lo, harus melalui prosesi adat. Tidak menggunakan korek api, namun dengan cara tradisional

Tari-tarian cakalele, memberikan semangat sendiri saat prosesi penyalaan obor pattimura 
Warna merah sebagai simbol keberanian dan kewibawaan
Tua, Muda, Laki-Laki dan Perempuan semua larut dalam semangat perjuangan. Jujur saja, Beta merinding saat melihat prosesi arak-arakan ini. Terbayang perjuangan sang Kapitan.

Arak-arakan Obor Pattimura!

Dahulu, obor Pattimura ini diarak secara estafet dar Saparua menuju Lapangan Merdeka di Pusat Kota Ambon. Karena faktor keamanan dan satu lain hal, saat ini prosesi ini hanya dilakukan di Saparua saja. Nah, yang perlu di perhatikan saat teman-teman berniat untuk menyasikan acara ini secara langsung, selain Gunung Saniri; Pantai Waisisil & Rumah Kapitan di Haria adalah lokasi yang paling bersejarah yang pantang untuk dilewatkan. Biasanya akan ada prosesi / atraksi khusus saat arak-arakan obor berlangsung. 
Setelah obor menyala semalam suntuk, pagi harinya (tangal 15 Mei) akan ada prosesi upacara di Lapangan Merdeka Saparua. Nah, selesai dari acara ini, kita akan langsung makan bersama (makan patita) bersama seluruh masyarakat Saparua yang hadir saat itu. (Tentang makan patita, pernah Beta bahas juga di postingan di Negeri Ema ya). Pastinya, aneka olahan kuliner / masakan tradisional tersaji secara gratis untuk semua..hhe..jangan sampai terlewat momen yang satu ini.. J 

Para Mama-Mama sedang menyiapkan aneka hidangan untuk masyarakat 

Budaya makan bersama sepertinya sudah mengakar di Indonesia ya, terlebih bagi masyarakat Maluku

Asik,, tinggal pilih..hhe..

Karena Beta sebelumnya banyak cari tahu sebelum datang ke sana, eh benar saja, ada peluncuran kartu pos spesial 200 th peringatan acara ini. Tanpa menunggu lama, Beta langsung menuju kantor pos yang lokasinya tidak jauh dari lokasi. Bagaimana, tertarik untuk menyaksikannya tahun depan?
Kartu Pos Edidi Khusus

Bersama Nona-Nona dari Saparua..hhe..