Selasa, 16 Juni 2015

Memuja Keindahan Manusela


48 Jam Perjalanan
          Rekan-rekan seperjalanan kembali menanyakan “update” tentang pengalaman yang harus segera di posting di #jejakakibeta itu rasa’nya..antara senang dan semangat kembali mengarang indah (rangkaian kata) di blog bisa jadi PR yang harus segera Beta selesaikan. Sawai, Saleman, Ora, merupakan satu paket Dream Destination yang di bungkus dalam balutan indahnya Taman Nasional Manusela yang luar biasa juara! Juara karena di tempat inilah habitat 117 spesies burung dan biota laut hidup dan berkembang, warisan berharga untuk anak cucu kita kelak. Berawal dari obrolan ringan dengan rekan-rekan kantor api ini membesar dengan sendirinya dan peserta’pun banyak yang bergabung baik dari internal rekan kantor maupun dari group FB Moluccan Backpacker. Para peserta satu per satu ter-eliminasi. Estimasi share cost yang awalnya hanya Rp.350.000 berubah menjadi Rp.500.000 karena beberapa pertimbangan (pertimbangan lokasi yang jauh & rental mobil) adalah salah satu alasannya, pun tidak menyurutkan niat kami untuk tetap ikut berdarmawisata,hha.. Pastinya foto-foto di sosial media menjadi racun yang harus segera dicari obat penawarnya; apalagi kalau bukan datang ke TKP dan melihat langsung keindahan Pantai Ora yang tersohor itu dengan mata kepala sendiri,hhe.. Berangkat dengan moda transportasi mobil menjadi sesuatu yang “mewah” bagi backpacker gaya kere seperti Beta ini. Mewah? Oke, sepertinya Beta harus menarik kata “mewah” untuk trip kali ini. Karena diakhir acara, Beta tersadar bahwa perjalanan ini telah memakan waktu setidaknya 48 jam. Dengan budget yang berhasil membuat nyali peserta menciut itu sangat sebanding dengan pengalaman sekali seumur hidup yang baru saja Beta alami (eh ralat) Dua atau Tiga kali pengalaman kesana lagi sepertinya boleh juga,hhe.. 

Suli, Hunimua, Waipirit, Tihulale

         Berangkat pukul 18.00 WIT, kami bertolak dari Ambon, Negeri Suli menuju Pelabuhan Hunimua. Sebenarnya untuk menuju Taman Nasional Manusela (dengan tujuan utama Pantai Ora) bisa ditempuh melalui 2 jalur pelabuhan dari Ambon (Pelabuhan Tulehu & Waipirit) yang memang sedianya melayani penyebrangan ke Pulau Seram. Di pelabuhan Tulehu tersedia Feri cepat untuk penyeberangan penumpang, sementara kendaraan bermotor roda dua atau lebih dilayani di Pelabuhan Hunimua dengan pemberhentian di Pelabuhan Waipirit yang ditempuh selama 2  jam. Dengan total rombongan 14 orang (diantara’nya adalah dr.Jessy dari Makassar & Caryl yang kebetulan sedang pulang kampung ke Ambon setelah sekian lama tinggal di Ibu Kota) yang kemudian dibagi menjadi 2 team yang masing-masing 7 orang dalam setiap mobil. Berangkat antara pukul 19.30 WIT kami tiba di Pelabuhan Hunimua Pulau Seram pukul 21.30, yang kemudian langsung dilanjutkan menuju rumah salah satu kolega Bung Glen Wattimury untuk singgah sebelum menempuh perjalanan keesokan pagi’nya. (Siapa Bung Glen, sudah Beta ceritakan di trip Pulau Osi ya,,hhe). Sayup-sayup suara khas terompet terdengar dari kejauhan saat kami tiba di Negeri Tihulale. Ternyata suara tersebut terdengar dari gereja kecil di tengah desa dimana beberapa jemaat sedang berlatih untuk persiapan acara Paskah April mendatang. Akulturasi budaya barat (Portugis & Belanda) memang sangat mempengaruhi budaya masyarakat di Maluku khususnya dalam tata cara peribadatan Nasrani (NO SARA). Karena ini pengalaman baru bagi Beta, sebenarnya moment ini kesempatan langka buat diabadikan. Namun sayang sekali, Beta tidak bisa mendokumentasikan moment special ini, karena selepas kami rehat sejanak aktivitas tersebut telah selesai terlebih dahulu. Sehabis ramah tamah & bersilaturahmi dengan kolega Bung Glen, kami beristirahat karena sudah diperingatkan bahwa perjalanan yang akan kami tempuh esok hari akan cukup menyita waktu & tenaga kami.

Terjebak di jembatan kayu, tanjakan Manusela, hingga planing Alternatif
            Berangkat pukul 05.30 WIT, kami meninggalkan Negeri Tihulale menuju Sawai yang standarnya biasa ditempuh dengan waktu 3,5 jam dan jika dari Pelabuhan Waipirit setidaknya menempuh sampai 4 jam perjalanan. Wow, menuju surga tersembunyi ini ternyata lumayan jauh ya. Seperti trip sebelumnya ke Pulau Osi, sepanjang perjalanan Beta banyak menemui pohon kelapa dan sagu sebagai tumbuhan endemik yang berada di Pulau Seram ini. Tidak hanya itu saja, puluhan jembatan telah kami lalui untuk menuju lokasi hingga satu waktu mobil yang kami tumpangi terperosok ke dalam jembatan dengan landasan bantalan kayu yang tengah direnovasi. Kami bahu-membahu untuk mendorong mobil tersebut, tak berapa lama mobil’pun selamat. Lumayan’lah sebagai pemanasan di awal perjalanan, yang pasti kami harus lebih berhati-hati jika melewati jembatan ini sepulangnya dari Sawai nanti. Saat yang paling seru (sebenarnya saat-saat dimana perut mual dubuatnya) adalah saat Kami melalui tanjakan menuju Taman Manusela. Ok, tanjakan ini memang sesuai dengan namanya, berada di sisi tebing dengan kelokan tajam layaknya huruf “S Double” merupakan satu bagian dari perjalanan yang wajib kami lalui. Jalanan yang mulus dengan kelokan tajam justru membuat driver mobil kami tertantang, dengan kecepatan 70-80KM/Jam memanuver layaknya Fast & Furiust (alah) awalnya memang seru dan Beta’pun sebenarnya menikmati’nya. Keseruan tersebut berubah saat Beta tersadar bahwa tanjakan ini harus kami lalui setidaknya 2 jam, dan harus melalui jalan yang sama saat kami pulang nanti,jhahahahaha.. (tertawa apes T-T). Menempuh perjalanan dengan kecepatan tinggi membuat kami tidak sadar bahwa kami telah melalui 2 cabang arah jalan dengan tujuan yang berbeda (Negeri Sawai & Negeri Saleman). Sebenarnya arah awal tujuan kami menuju Sawai karena sedianya kami akan menginap di sana, setelah beberapa pertimbangan kami tetap melanjutkan perjalanan menuju Saleman kemudian menyeberang dengan menggunakan kapal motor menuju Sawai. Memasuki Negeri Saleman teman-teman akan dihadapkan dengan jalan yang kurang bersahabat. Kondisi alam membuat beberapa titik jalan longsor & berlubang karena curah hujan yang cukup intens di kawasan ini. 
Kondisi jalan menuju Saleman
Welcome to Saleman :)
Setibanyan di lokasi, kami mulai mencari informasi dengan penduduk sekitar tentang penyebrangan kapal motor baik menuju Sawai maupun Pantai Ora. Kami tiba dengan selamat di Saleman antara pukul 08.30 WIT.

Service as Family di Lisar Bahari Resort-Sawai
            Layaknya kampung pesisir, masyarakat Saleman mayoritas mengandalkan hasil laut sebagai mata pencaharian mereka. Tidak hanya itu saja, Beta juga melihat aktivitas menjemur kacang kenari sebagai salah satu hasil alam yang tengah diolah dengan cara dikeringkan. 
Kacang kenari, ini mahal lo kalo di Eropa sono..
Kalian harus siapin waktu setidaknya 1 minggu untuk eksplorasi semua tempat di papan itu :))
Setelah mencari informasi (dan bernegosiasi) akhirnya kami menyewa dua buah perahu motor dengan tarif@ Rp. 300.000 untuk menuju tempat dimana kami akan menginap (Lisar Bahari Resort). Sebenarnya point yang ingin Beta share ke teman-teman para travelers bahwasanya dari Saleman kita dapat melihat jelas Pantai Ora plus deretan resort’nya cantik yang tersohor di dunia maya itu. Ternyata banyak pilihan wisata yang teman-teman bisa pilih saat mendatangi Saleman. Sorkling, hiking, bird watching, tapi siapkan waktu setidaknya seminggu untuk eksplorasi semua tempat di sini ya. Dari dermaga Ora Beach sih terlihat biasa saja, palingan menyeberang dengan kapal motor 10 menit juga sampai di Ora. Istimewa itu ketika Beta menuju Sawai bersama rekan-rekan lain dan menyadari bahwa Saleman-Ora-Sawai terletak di antara gugusan pegunungan karst tropis purba yang keren! Sepanjang perjalanan menuju Sawai, teman-teman dalam rombongan tak henti-hentinya mengabadikan moment berharga ini di setiap kesempatan. 
Ora Beach Eco Resort, dari saleman cuman 10 menit menyeberang perahu motor :))
Laut di Saleman menuju Sawai relatif tenang karena terletak di teluk :)
Pegunungan karst dengan vegetasi alami'nya menjadi bagian dari Taman Manusela
Mantab!
Dengan kondisi laut yang relatif tenang, kami menempuh perjalan kurang lebih 20 menit hingga akhirnya tiba di Lisar Bahari Resort-Sawai. Karena konsep resort satu bungalow besar terdiri dari beberapa kamar, sangat direkomendasikan bagi teman-teman yang datang berombongan 4 orang atau lebih. Harganya’pun cukup terjangkau, satu orang diberandol Rp.300.000 rupiah selama satu malam (sudah termasuk 3 kali makan) & beberapa fasilitas lainnya yang ada di resort, salah satu’nya minum kopi sepuasnya,hhe..
 Sawai menyapa..
Lisar Bahari Resort - Sawai
Daftar harga & daftar beberapa stasiun TV yang pernah datang ke Sawai
Untuk sub headline ini sebenarnya murni bukan iklan, lebih tepatnya sebagai salah satu ucapan terimakasih baik dari kami secara rombongan maupun Beta secara personal kepada Pemilik resort, Bapak Ali. Makanan yang enak dengan olahan yang cukup beragam, discount untuk harga tempat kami menginap & sewa kapal motor, dan beberapa privilege yang diberikan kepada kami membuat Beta terbeban untuk membagikan segala kebaikan yang telah diberikan Beliau melalui Blog ini. Pastinya Beta ingin teman-teman juga mendapatkan pengalaman yang sama dengan apa yang kami rasakan. Kebaikan juga perlu disebarluaskan bukan, jangan lupa singgah di resort Beliau jika teman-teman berkunjung ke Sawai ya!
Jernih & bening, bisa langsung lompat & snorkling 
Sederhana, bersih, nyaman denan harga lumayan terjangkau *itu yang kita cari kan..hha.. :)
Ngopi sepuas'nya Bro!!
Ikan garupa bakar"segar",,hmm..
Monggo di nikmati Mas Bro :D
Panorama alam Saleman-Ora-Sawai (SOS) sangat indah dan menyenangkan untuk dieksplorasi. Selesai santap siang kamipun bergegas menyambangi beberapa tempat yang direkomendasikan oleh pengemudi kapal motor kami; Pulau Kasoari, Pulau Raja, Sumber Mata Air Tawar di tengah laut (maaf, Beta lupa namanya) dan beberapa tempat menarik di seputaran SOS. Destinasi pertama kami singgah di Pulau Kasoari. Pulau mandiri ini berada persis di tengah-tengah lautan luas dan memiliki pantai pasir putih bersih,,menuju lokasi ini juga butuh perjuangan melawan ombak pasang yang tinggi Mas Bro,semacam arung jeram dadakan yang sontak membuat satu perahu motor berdoa berjamaah..hhe.. Pulau ini bisa kita kelilingi hanya dengan berjalan kaki kurang dari 5 menit. 
Kapal motor? Kalau menurut Beta lebih tepat disebut "lesung",,"lesung" ini akan bergerak sesuai dengan gerak tubuh kita.. #Seketika doa berjama'ah naik "lesung" ini,,hha..
Deburan ombak mengantarkan perjalanan kami
Ok next stop, dan sepertinya ada yang ganjil, Beta tidak mendengar Pantai Ora masuk daftar kunjungan trip perahu motor kami. Wah,bahaya kalau tidak foto-foto di tempat yang membuat Beta termotivasi untuk jauh-jauh datang ke Ambon ini,hha.. Setelah berkomunikasi persuasif dengan rekan-rekan dan pengemudi kapal motor, akhirnya diputuskan juga untuk singgah dan men#jejakaki Ora Beach Eko Resort. Pastinya nggak nyangka Beta akhirnya singgah di tempat ini, setelah sekian lama deretan foto di Ora Resort ini wira-wiri dan menjadi obrolan hangat di social media Nusantara. Sayang cuaca kurang cerah dan gerimis, jika saja sedikit cerah pasti foto-foto yang kami ambil akan membuat kalian makin iri,,hhe.. FJI, menginap di Ora Beach Eko Resort, teman-teman harus bersiap dengan harga Rp700.000 per orang’nya per malam per bed. Dalam satu bungalow kecil terdapat double bed yang bisa kalian share dengan partner sekamar kalian. Pastikan harus booking jauh-jauh hari untuk bisa mendapatkan pengalaman menginap di Ora Beach Eko Resort ya!
Dermaga Ora Beach
Nggak nangka Beta bisa sampai sini *masih ga' percaya..
Bulan madu? atau mau menyepi dari keributan kota? Boleh :)
Puas mendokumentasikan setiap sudut resort ini, kami berniat kembali ke Sawai. Kagum dengan karst yang menjulang gagah di sepanjang perjalanan, kapal motor kami’pun terhenti di salah satu karts yang paling tinggi dengan air laut yang sangat jernih dan bening di bawah’nya. Dan byur, beberapa rekan kami tak tahan oleh rayuan bening’nya air laut di kawasan ini. Puas berenang & berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke titik menarik lainnya. Kami berhenti di Mata Air Tawar di tengah laut dan disinilah Beta kagum dengan filter alami yang dibuat oleh Sang Ilahi. Yo’i, pegunungan kapur ini berhasil menyaring ribun kubik air hujan menjadi sumber mata air yang melimpah termasuk juga di desa Sawai, dan seperti yang kita tahu, dimana ada air disitulah ada kehidupan. Datang ke SOS Beta belajar banyak hal tentang penting’nya menjaga kelestarian alam. Beta memulai’nya dengan sesuatu yang kecil yakni berkomitmen untuk tidak membuang sampah sembarangan dimanapun Beta berada. Selepas dari beberapa lokasi tersebut dan tiba di Sawai, kami beraktivitas bebas sembari bersih-bersih dan menunggu santap malam.


What a Special Morning
        “Selamat pagi Sawai – at Pulau Seram, Maluku” mungkin bisa menjadi update status Beta (andai saja sinyal SmartFr*n berguna di sini), karena pagi ini laut begitu teduh bermandikan cahaya mentari dimana ikan warna-warni bebas berlarian terlihat jelas dengan mata telanjang.  Sementara teman-teman yang lain asik bersnorkling,  Beta diajak oleh salah satu rekan men#jejakaki salah satu bukit di belakang perkampungan penduduk. Berjalan kurang lebih 300 meter dari tempat kami menginap, Beta dapat melihat dengan jelas perkampungan Sawai dari sisi atas bukit. Wow, di bukit inilah SD Inpres Sawai berada dan sepertinya anak-anak Sawai boleh berbangga dengan potensi alam yang akan mereka warisi kelak. Dan Beta yakin, anak-anak disini pasti sekolah dengan semangat, karena setiap pagi disambut pemandangan istimewa nan menawan!
Melihat Sawai dari atas bukit, Beta serasa di Aceh,, hhe..
Sekolah dengan landscape alam, anak-anak pasti ceria setiap hari :)
Meninggalkan #jejakaki dulu,hhe.. *ini bukan iklan sandal lo ya..
Sekembalinya menuju penginapan, kami penasaran dengan adanya sungai kecil yang membelah desa ini. Benar saja, sumber mata air tawar begitu melimpah muncul ke atas permukaan tanah yang tentu saja berasal dari pegunungan karst di atas’nya. 
Sumber mata air tawar diantara pemikiman penduduk
Capek, senang, puas, kini saatnya kami menyambut hari dimana kami harus kembali pulang yang pastinya kembali dengan kesibukan harian kami. Sepertinya kami sudah betah dan ingin berlama-lama di tempat dimana kami menginap ini. Alam yang masih bersih ditambah suasana tenang ala pedesaan pesisir tentunya tidak bisa didapatkan di kota membuat enggan untuk beranjak. Kapal motor bersiap mengantarkan kami pulang kembali di tempat mobil kami yang sepertinya juga sedang melepas lelah sejenak di Saleman,hhe.. Kondisi laut yang sangat-sangat tenang dan cuaca pagi yang hangat berhasil membuat landscape alam SOS sangat indah. “Golden Hours” kalo temen-temen fotografi bilang, moment yang tepat untuk mengabadikan pemandangan alam.
Morning Sawai..
On The Way - Saleman
Speechless, kagum dengan cipta'an Nya

Niatnya pose gaya survivor gitu, jatuh'nya malah mirip ABK kapal.. hadeeh..
Bersama keluarga Backpacker Maluku, Mantab!!
Sesampainya di Saleman, kami bersiap untuk kembali pulang ke Ambon dan mengejar waktu agar tidak tertinggal kapal feri di pelabuhan Waipirit. Dan saat kepulangan ini’lah Beta kembali teringat akan jalan “tanjakan” itu (lagi)...Ok,Baiklah.... T-T

FJI (For Jejakakers Information)

  1. Negera indonesia adalah negara kepulauan, sangat disarankan untuk datang berombongan untuk megekploarsi setiap sudut yang ada di negeri ini, maksud'nya biar bisa shre cost,hhe.. :) 
  2. Menuju SOS terdapat tiga moda alternatif yang bisa rekan-rekan gunakan. Dari Pelabuhan Waipirit terdapat mobil Avanza yang disewakan secara rombongan menuju Waisai dengan tarif Rp.120.000 /orang. Sebenarnya menggunakan sepeda motor menuju Saleman / Sawai juga bisa, karena menempuh perjalanan yang cukup jauh, sewa Mobil dengan tarif Rp.1.000.000 secara kolektif sangat direkomendasikan.
  3. Datang ke SOS sebaiknya saat musim panas. Selain pemandangan alam dapat kita nikmati dengan bebas, kondisi jalan yang belum di aspal menjadi salah satu pertimbangan.
  4. Menuju beberapa destinasi menarik di SOS teman-teman harus menggunkan kapal motor. Tarif kapal motor Rp.400.000 (sebelum harga BBM naik), that’s why ke SOS baiknya rombongan pastinya agar bisa share biaya dengan satu rombongan team.
  5. Menginap di Ora pastikan untuk booking jauh-jauh hari. Terdapat 7 bungalow kecil & 1 bungalow besar yang berlokasi di bibir pantai dengan pemandangan alam yang indah, harga per orang’nya dikenakan Rp.700.000. 2 bungalow berlokasi di darat juga dapat disewa dengan harga yang lebih bersahabat.
  6. Menempuh perjalanan yang cukup jauh, mengunjungi SOS disarankan dengan estimasi waktu (minimal) 3 hari 2 malam.
  7. Bantu eco wisata tanah air dengan membeli beberapa produk lokal yang dijual oleh masyarakat setempat ya J
  8. Sangat direkomendasikan untuk membawa kamera under water & kamera DSLR bagi penikmat fotography.
  9. Untuk menumbuhkan 1 cm terumbu karang membutuhkan waktu setidaknya satu tahun. Mari ikut menjaganya dengan hanya meninggalkan #jejakaki, capture dokumentasi, dan buanglah sampah pada tempatnya even secuil bungkus permen sekalipun.