Minggu, 15 Januari 2023

JADWAL KAPAL FERY : LIANG - WAIPIRIT & TULEHU - MASOHI (2023)

 

Pelabuhan Liang di ujung Pulau Ambon ke Waipirit di Pulau Seram bisa dibilang menjadi salah satu pelabuhan tersibuk karena jangkauan waktu'nya yang relatih singkat. Berikut terlampir jadwal keberangkatan Kapal Feri dari Liang - Waipirit (Update Januari 2023)

LIANG (WIT)

TIBA DI WAIPIRIT (WIT)

05.30

07.00

07.00

08.30

08.00

09.30

09.30

11.00

11.00

12.30

12.00

13.30

13.30

15.00

14.30

16.00

16.00

17.30

17.00

18.30

18.30

20.00

20.00

21.30

21.00

22.30

Berikut terlampir juga update tarif penyeberangan baik untuk pwnumpang maupun kendaraan bermotor :


Berikut terlampir juga update tarif penyeberangan untuk rute TULEHU - MASOHI dengan jadwal terlampir :


 
JADWAL KAPAL TULEHU –MASOHI (SENIN – SABTU) Tiket Rp.148.000,-

TULEHU (WIT)

MASOHI (WIT)

09.00

11.30

16.00

18.30

 

 

MASOHI (WIT)

TULEHU (WIT)

08.00

10.30

14.00

16.30

JADWAL KAPAL TULEHU –MASOHI PP (HARI MINGGU) Tiket Rp.148.000,-

TULEHU (WIT)

TIBA DI MASOHI (WIT)

11.00

13.30

16.00

18.30

 

 

MASOHI (WIT)

TULEHU (WIT)

14.00

17.30

JADWAL KAPAL FERY TULEHU – MASOHI PP (SETIAP HARI 1X) Tiket Rp.110.000,-

TULEHU (WIT)

TIBA DI MASOHI (WIT)

14.00

20.00

 

 

MASOHI (WIT)

TULEHU (WIT)

08.30

13.30

 

 


Minggu, 06 November 2022

JALAN-JALAN KE BANDA NAIRA, MELIHAT PERAHU BELANG DI PULAU RUN


Sosial media membuktikan bahwa informasi dengan mudahnya semakin cepat diakses. Pun informasi mengenai kegiatan Pulau Run Panggel Pulang (di Kepulauan Banda Naira) Beta dapat dari sosial media. Acara festival ini dilengkapi perlombaan Perahu Belang antar negeri yang berada di Banda. Wah, tanpa berpikir panjang, Beta langsung menyusun rencana untuk menuju Pulau Run, karena memang pada dasarnya Beta belum mengambil cuti setahun ini, ya sudahlah ya.. ada kalanya lari dari rutinitas sejenak, siapa tahu dapat ide dan inspirasi untuk proyek akhir tahun di kantor.

Setelah mencari informasi dan berkontak dengan beberapa relasi, akhirnya Beta dipertemukan dengan teman-teman dari Moluccas Costal Care (MCC). Teman - teman ternyata sedang berkegiatan di Pulau Run dan Beta berkesempatan untuk join satu perahu dengan mereka. Makasih lo..hhe..

Sampai di Pulau Run pada saat kondisi air surut

Kalau boleh jujur, matahari di Pulau Run sangat menyengat, ditambah lagi acara dimulai pukul 14.00 siang..langsung auto gosong..hhe.. Sambil menungggu acara perlombaan perahu belang di mulai, Beta dan teman-teman MCC sengaja berkeliling pulau untuk melihat perkebunan Pala. Jujur Beta sangat exited, everyone know that Pulau Run and New York is a sister..hhe..Ya, gara-gara "rebutan" Pala inilah, Inggris dan Belanda akhirnya menandatangani perjanjian Breda untuk bertukar New York dengan Pulau Run.

Buah Pala yang sudah matang pohon. Seneng rasanya bisa melihatnya secara langsung
Dimana ada tumbuh Pala, pasti ada Pohon Kenari.
Pohon Kenari ini sangat besar sekali. Sempat takut saat mau foto..hha..
Jelajah perkebunan Pala bersama teman-teman MCC
Pemandangan Pulau Run nampak dari atas bukit.

Beta senang dapat melihat perlombaan Perahu Belang secara langsung, apalagi diselenggarakan'nya di lokasi yang sangat bersejarah. Tapi sayang, nggak bisa menyaksikan perlombaan dengan dekat, karena dermaga dikhususkan bagi tamu VIP.. :( Perlombaan ini diikuti oleh enam negeri yang berada di Banda dan dimenangkan oleh Team dari Pulau Ay.

Nampak Perahu Belang Pulau Ay sesaat setelah memasuki garis finish
Foto bersama Perahu Belang juara, dari Pulau Ay
Foto bersama pendayung Perahu Belang

Perahu Belang sesaat setelah melewati garis finish

Bertemu Teman Baru dan Sahabat Lama

Saat tahu Beta akan ke Banda Naira, rekan kerja Beta; Elvira, langsung exited but also jealous. Karena memang Vira sudah mendambakan untuk foto-foto dan jelajah sudut Banda namun belum kesampaian *lain kali ya..hhe.. But she support me dengan memberikan kontak salah satu temannya yang berada di Banda; Resty a.k.a Jhony namanya. Cewek tomboy satu ini sangat friendly and no limit alias bocor, bakalan ngakak terus kalau jalan sama ni anak..hha.. Setelah ngobrol, benar saja dia kenal dengan salah satu teman yang Beta kenal saat ke Banda tujuh tahun lalu, Tresna namanya. And finally we meet again and make a little trip to Lonthor with her friend Esti and we having fun there. Dari Naira ke Banda Besar dapat ditempuh sekitar 15 menit ke Dermaga Boiyauw dengan menggunakan speed. Kami melanjutkan jalan kaki menuju Lonthor (Benteng Holandia) dengan jalan kaki sekitar 30 menit..hhe. Dengan pemandangan yang luar biasa di Benteng Holandia, enggan rasanya untuk cepat-cepat pergi dari tempat ini.

Dari Kiri ke Kanan; Resty, Tresna, Beta dan Penty
Perigi Pusaka. Mata Air (Sumur)  di atas bukit dengan pemandangan Kebun Pala di atas'nya dan Gunung Api Banda sebagai latarnya

Dari Benteng Holandia, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Perigi Pusaka. Perigi Pusaka adalah sumur mahta air tawar yang sarat akan sejarah. Setiap satu dekade, sumur ini dikuras dan dibersihkan dengan prosesi adat. Untuk masuk ke kawasan ini, para pengunjung dikenakan sumbangan secara sukarela. Sore menjelang kami kembali ke puat kota di Naira dengan menyeberang dari tempat yang sama.

City Tour di Naira

Tidak banyak aktivitas yang Beta kerjakan selama sisa dua hari di Naira, karena memang ini bukan pertamakalinya Beta mengunjungi Banda. Beta memutuskan untuk rebahan dan bersantai sejenak di penginapan, selain back'up data di HP, panas terik yang menyengat menjadi alasan untuk beta "ngadem" sejenak. Sore harinya Beta berkesematan untuk eksplore beberapa museum yang sudah menjadi waiting list yang belum kesampaian selama ini. Rumah Budaya Banda, Rumah Pengasingan Syahrir, Rumah Pengasingan Bung Hatta,,dan pastinya Benteng Belgica dengan pemandangannya yang juara menjadi daftar wajib yang tak boleh dilewatkan.

Koleksi Rumah Budaya Banda Naira
Koleksi Rumah Budaya Banda Naira
Rumah Pengasingan Bung Syarif

Rumah Pengasingan Bung Hatta tampak depan

Ruang Tamu Rumah Pengasingan Bung Hatta
Membayangkan dahulu belum ada lampu dan Beliau menuliskan beberapa pemikirannya dan membawa buku bacaanya yang banyak itu di kamar ruangan ini.

Kamar Bung Hatta, auranya sangat positif. 

Meja belajar di area ini masih otentik
Benteng Belgica dengan latar belakang sunset'nya

Di Rumah Budaya Beta berkesempatan bertemu dengan Ibu Fenny Frankemon. Beliau adalah pengelola Rumah Budaya Banda, dan setelah ngobrol-ngobrol tentang kuliner di Banda, Beta tertarik untuk memesan Kue Lonthar khas Banda yang dibuatnya sebagai buah tangan teman-teman di Ambon. 

Kue Lontar khas Banda dari Mama Feny Frankemon

Sekali lagi Beta mau bilangbahwa ini bukan pertama kalinya Beta datang ke Banda, dan entah mengapa selalu enggan meninggalkan kepulauan yang penuh sejarah ini. Aura melankolis khas anak rantau seketika kambuh saat teman-teman mengantar Beta berangkat ke Pelabuhan. Sampai bakudapa di lain kesempatan. Danke


Lihat video lengkapnya yuk, link terlampir :





Estimasi Biaya Perjalanan

Penginapan Delfika

- Penginapan Delfika AC (Kamar Mandi Dalam) : Rp. 330.000,- / Room / Night

- Penginapan Nassau (Kamar Mandi Dalam) : Rp. 225.000,- / Room / Night

- Penyeberangan dari Pelabuhan Pasar Naira - Pulau Run : Rp. 50.000,-

- Penyeberangan dari Pelabuhan Pasar Naira - Boiyauw (Banda Besar) : Rp. 5.000,-

- Ojek Lonthor - Boiyauw : Rp. 10.000,-

- Tiket Ambon - Banda (dengan Kapal Pelni) : Rp. 100.000,-

- Tiket Banda - Ambon (dengan Kapal Pelni) : Rp. 100.000,-

- Makanan di Banda relatif terjangkau mulai dari : Rp. 10.000,-'an

- Donasi Rumah Budaya Banda : Rp. 20.000,-

- Donasi Rumah Pengasingan Syahrir : Rp. 20.000,-

- Donasi Rumah Pengasingan Bung Hatta : *Seikhlasnya

- Donasi  Masuk Benteng Holandia : Rp. 1.000,- / Orang

- Donasi Masuk Benteng Belgica : *Seikhlasnya


Ucapan Terimakasih :

- Juan Saquarella atas informasinya

- Tresna, Esti, Resty untuk kesediaan waktunya selama Beta berada di Banda

- Teria dan teman-teman Moluccas Costal Care atas kesediannya mengikutsertakan Beta dari Naira menuju ke Run

- Mama Feny Frankemont atas kesediannya menerima pesanan Kue Lontar














Kamis, 26 Mei 2022

SANTAI DI PANTAI KULUR SAPARUA

 


Pulau Saparua mungkin bisa menjadi alternatif lokasi liburan teman-teman saat berkunjung ke Ambon. Jaraknya yang relatif dekat, Beta kira dapat dijangkau kapan saja. Begitu juga dengan saya dan teman - teman yang menyempatkan diri untuk mengunjungi Pantai Kulur (yang berlokasi di Saparua) di sela kesibukan kami bekerja. Pantainya yang berpasir putih dengan laut gradasi biru, sangat cocok untuk piknik sembari santap rujak di siang hari yang terik..hhe..  Perlu teman-teman ketahui bahwa pantai ini bersebelahan dengan Pelabuhan Kapal Fery Kulur. Mengunjungi pulau ini paling pas saat diadakan Festival Pattimura (diperingati setiap tanggal 15 Mei), yang pengalamannya beta lampirkan di link berikut ini  : Festival Pattimura

Nah, gimana sudah tertarik untuk eksplor Saparua, jangan lupa untuk melihat keseruan perjalanan kami via YouTube juga dengan link terlampir ya : Santai di Pantai Kulur Saparua

Rujak'an kami di Pantai Kulur..hhe.. 

Lokasi Pantai Kulur bersebelahan dengan Pelabuhan Kapal Fery


Estimasi Biaya Perjalanan

Speed Berangkat : 

Ambon, Pelabuhan Tulehu - Pelabuhan Haria, Saparua : Rp. 60.000,- 

Rute & Jadwal Keberangkatan ; Setiap Hari : 07.30 - 16.00 WIT

Lama Perjalanan : 1 Jam


Speed Pulang :

Saparua, Pelabuhan Haria - Ambon, Pelabuhan Tulehu  

Rute & Jadwal Keberangkatan ; Setiap Hari : 07.30 - 16.00 WIT

Lama Perjalanan : 1 Jam

 

Transportasi di Saparua :

- Transportasi di Saparua menggunakan angkot dengan estimasi biaya Rp. 5.000 / Sekali Rute perjalanan

- Ojek menjadi alternatif untuk perjalanan, tarif sesuai lokasi mulai dari Rp. 10.000,- / Sekali Jalan (Jarak Dekat)

- Dari Saparua Kota ke Kulur dutempuh selama kurang lebih 30 menit perjalanan dengan menggunakan motor. Disarankan untuk naik ojek dengan estimasi budget Rp. 100.000,- (Pulang / Pergi)


Rabu, 02 Februari 2022

Jelajah Nusa Laut


Nusa Laut, secara geografis berlokasi tidak jauh dari Pulau Ambon dan bisa dibilang salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Pulau-Pulau Lease (Pulau Saparua, Pulau Haruku dan Nusa Laut). Nah, diantara tiga serangkai ini, hanya satu saja yang Beta belum berkesempatan untuk mengunjungi’nya. Ya, karena memang Nusa Laut atau dalam bahasa lokal disebut Pulau Anyo-Anyo (pulau kecil yang mengapung) letaknya yang paling jauh diantara dua sahabat’nya. Jadi Beta harus memperhitungkan waktu yang tepat untuk menjejaki pulau kecil yang penuh dengan sejarah ini.

Sabtu pagi, Beta bergegas menuju Pelabuhan Waai dari Kota Ambon. Walaupun berada satu daratan dengan Ambon, secara administratif, Pelabuhan Waai terletak di Kabupaten Maluku Tengah. Dari titik keberangkatan, kapal Fery harus singgah terlebih dahulu di Pelabuhan Kulur (Pulau Saparua), Pelabuhan Pulau Nusa Laut dan berakhir di Kota Masohi di Pulau Seram. Perjalanan dari Waai ke Nusa Laut ditempuh selama kurang lebih 6 jam perjalanan. Kapal berangkat pukul 09.00 WIT dan akhirnya tiba di Nusa Laut pukul 15.00 WIT, Beta langsung dijemput dengan ojek untuk menuju rumah salah satu kolega yang terletak di Desa / Negeri Sila.

Janji adalah Hutang

Lagi - lagi, selalu ada alasan untuk datang ke sebuah destinasi di Maluku. Sebagai penikmat sejarah, Beta berniat untuk melihat lebih dekat gereja-gereja tua (peninggalan masa penjajahan) yang tersebar di Pulau ini.Setidaknya teredapat enam gereja tua yang tersebar di tujuh desa di Kecamatan Nusalaut, yaitu:

·   Gereja Beth Eden (1817) di Desa Ameth

·   Gereja Bethesda (1900) di Desa Akoon

·   Gereja Irene (1895) di Desa Abubu

·   Gereja Eben Haezer (1826) di Desa Titawaai

·   Gereja Sion (1820) di Desa Nalahia

·   Gereja Eben Haezer (1715) jemaat Desa Sila dan Leinitu.

Hampir 99% penduduk yang tinggal di Nusa Laut beragama Kristen Protestan. 

Suara lonceng Gereja Tua Eben-Heazer (gereja di samping rumah singgah kami) berdentang. Bukti bahwa ibadah minggu di seluruh pulau ini akan di mulai serentak, yakni pukul 09.00 pagi. Awalnya Beta dan salah satu rekan bernama Rezika berencana untuk mengikuti ibadah di Gereja Tua di Desa Abubu; berlokasi kurang lebih 30 menit dari tempat kami tinggal. Namun pagi itu hujan sangat deras sekali dan tidak memungkinkan untuk berangkat, jadi kami memutuskan untuk beribadah di gereja samping rumah yang kebetulan gereja ter-tua di Pulau ini (sekaligus di Provinsi Maluku) yang Beta sebutkan di awal. 

Tampak luar Gereja Ebenheazer gagah dengan temboknya yang tebal

Salah satu sudut yang menurut Beta sangat cantik
dengan latar menara loncengnya..

Prasasti Gereja yang ditemukan saat renovasi gereja
yang ber-angka tahun 1715

Mimbar dan bagian lain interior masih asli,
walaupun beberapa sudah melalui renovasi beberapa kali

Janji adalah hutang,, sudah sering mendengar ungkapan ini bukan. Faktanya itu berlaku di sini dan pantang untuk dilanggar. Jika sudah janji untuk datang ke Nusa Laut maupun lokasi lain di pulau ini, wajib dan harus di tepati! Jika tidak, orang tersebut kemungkinan akan sakit. Hal itu tidak hanya berlaku bagi keturunan orang Nusa Laut saja, namun siapa saja yang sudah punya niat untuk datang ke pulau ini. Mitos itu sudah Beta dengar sejak lama memang, namun setelah kolega kami (yang asli orang Nusa Laut) membernarkan cerita tersebut; Beta langsung berdoa segera hujan reda. Kenapa? Ya jelas langsung mengelilingi pulau ini lah, dan mengunjungi Gereja Tua di Abubu sesuai dengan nazar / niat yang sudah beta rencanakan.. hehe.. Tapi sekali lagi mau ini mitos atau hanya cerita rakyat, pesan moralnya adalah; kalau sudah janji ya harus ditepati... :) 

Perjalanan Mengelilingi Pulau

Perjalanan Beta dimulai dari Negeri Sila-Leinitu menuju Negeri Titawai. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 15 menit dan mengantarkan Beta sampai di Gereja Heazer Titawai, namun Beta mengurungkan niat untuk mendokumentasikannya karena saat itu sedang diselenggarakan kegiatan di dalam gereja. Beta melanjutkan perjalanan dan sampailah di Negeri Abubu. Nah, di Abubu inilah kampung halaman Pahlawan Nasional Christina Martha Tiahahu berasal. Terdapat monumen Martha Christina yang beberapa waktu lalu baru saja diresmikan sebagai penanda perjuangan Srikandi dari timur ini. Karena keterbatasan waktu, untuk sejarah perjuangannya belum bisa Beta ulas, namun teman-teman dapat mecari informasi lengkapnya di Google.

Berfoto di monumen pengingat perjuangan Srikandi dari Timur

Tidak jauh dari lokasi Patung Christina, terdapat Gereja Tua Irene, setelah izin petugas gereja, akhirnya Beta dapat diizinkan masuk untuk mendokumentasikan ruangan di dalamnya. Aah.. andaikan pagi tadi tidak hujan, pasti Beta dapat berkesempatan untuk beribadah di gereja dengan mimbar'nya yang unik ini.

Mimbar Gereja Irene dengan detail ornamen bintang.
Mungkin terdapat makna khusus ya.
Bagi Beta, simbol ini mengingatkan kita pada bintang di Timur penanda kelahiran Kristus

Bercengkrama dan berdiskusi tentang sejarah Gereja Irene
dengan penatua / petugas dari gereja.

Interior di dalam gereja dengan kursi kayu yang panjang
dapat menampung seluruh jemaat di Negeri Abubu

Ciri khas gereja-gereja di Maluku, terdapat mimbar untuk Raja - Raja.
Warna pastel dan ukirannya yang sederhana, namun menjadi vocal point di dalam gereja ini.

Sebelum sampai di Negeri Ameth, kami sempat berhenti sejenak di Negeri Akoon. Disini teman-teman dapat melihat Batu Kapal, dermaga speed boat masyarakat setempat dengan batu yang mirip kapal menjadi latar'nya. Karena sudah terlalu sore dan awan mendung menaungi, kami hanya singgah dan foto saja dan bergegas menuju Gereja Beth Eden di negeri Ameth. Beta sangat bersemangat setelah memperoleh izin dari Pendeta / penatua untuk mendokumentasikan interior gereja tersebut. 

Interior Gereja Beth Eden di Negeri Ameth.
Dari beberapa gereja di Nusa Laut,
menurut Beta gereja ini yang masih sangat otentik.

Mimbar dengan partisi kayu dan tirai,
sangat sederhana sekaligus masih terasa otentik

Salah satu ciri khas gereja tua di Maluku,
dengan ruang kubah bervolume  di area tengahnya

Sejujurnya mengelilingi Nusa Laut dan memasuki gereja tua di setiap negeri tidak bisa dilakukan secara marathon / dalam waktu singkat. Jika teman-teman perhatikan, hanya Gereja Ebenheazer di Negeri Sila saja yang sempat Beta dokuemntasikan bentuk fisik bangunannya dari luar. Selain karena cuaca yang tidak mendukung, kapasitas memori HP juga menjadi kendalanya. Beta hanya berkesempatan untuk melihat tiga dari enam gereja tua yang berada di pulau ini, itupun setelah proses perizinan Pendeta maupun Penatua / pengurus gereja. Sisanya hanya dapat saya nikmati keindahannya dari luar, walaupun rata-rata sudah banyak berubah karena renovasi dan demi kenyamanan beribadah jemaat. Yang penting nazar sudah terlaksana itu sudah cukup bagi Beta..hhe..  

Sebenarnya banyak hal di Nusal Laut (khususnya wisata bawah airnya) yang bisa di eksplore. Alamnya yang masih alami masih menyimpan rasa penasaran dan msteri bagi Beta,, ya, tapi sekali lagi Beta tidak berani berjanji untuk berkunjung lagi ke pulau ini suatu saat nanti.. hhe.. 

Bersama Kaka Karen & Rezika di Batu Kapal Akoon.
Terimakasih untuk hospitality'nya selama Beta di Nusa Laut


Ucapan Terimakasih Kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungannya

2. Rezika Juniko Uspessy untuk bantuan dan segala informasi hingga bisa mengantarkan beta untuk mengunjungi Nusa Laut

3. Keluarga Bapak Poli Kiriwenno beserta istri Ibu Pdt. Rina kiriwenno dan keluarga yang telah membukakan pintu rumahnya untuk tempat tinggal saya selama di Nusa Laut

4. Bapak / Ibu Pendeta serta penatua di beberapa gereja yang beta kunjungi atas perizinan dan akses yang boleh Beta terima




Estimasi Biaya Perjalanan

Ferry Berangkat : 

Ambon - Nusa Laut : 45.000,- (Melalu Pelabuhan Ferry Wai)

Rute & Jadwal Keberangkatan 7.30 (Waai) -> 12.30 (Kulur) -> 14.00 (Nusa Laut) 

Senin, Selasa, Sabtu 

Ferry Pulang :

Nusa Laut - Ambon  : 45.000,- (Pelabuhan Nusa Laut)

12.00 (Nusa Laut) -> 19.00 (Waai) 

Kamis, Sabtu, Minggu

(Turun di Amet)

 

Speed Berangkat :

Tulehu - Nusa Laut : 75.000,- (Turun di Negeri Titawai)

Senin & Sabtu : 06.00 (Tulehu) -> 08.00 (Titawai)

Speed Pulang :

Nusa Laut (Titawai) - Tulehu : Rp. 75.000,- 

Senin 06.00

 

Jejakers Information :

1. Jangan janji jika ingin berencana pergi ke Pulau ini. Jika sudah terlanjur janji, segera di tepati ya. Pun selama di Nusa Laut jangan sembarang umbar janji untuk mendatangi suatu tempat ya..

2. Siapkan uang tunai yang cukup karena setahu saya tidak ada ATM di Nusa Laut. Yang saya lihat hanya beberapa gen BRI-Link di beberapa rumah / kios. (koreksi jika salah)

3. Nusa Laut adalah salah satu lokasi yang sering dikunjungi untuk spot diving turis mancanegara.