48 Jam Perjalanan
Rekan-rekan
seperjalanan kembali menanyakan “update” tentang pengalaman yang harus segera
di posting di #jejakakibeta itu rasa’nya..antara senang dan semangat kembali
mengarang indah (rangkaian kata) di blog bisa jadi PR yang harus segera Beta
selesaikan. Sawai, Saleman, Ora, merupakan satu paket Dream Destination yang di
bungkus dalam balutan indahnya Taman Nasional Manusela yang luar biasa juara! Juara
karena di tempat inilah habitat 117 spesies burung dan biota laut hidup dan
berkembang, warisan berharga untuk anak cucu kita kelak. Berawal dari obrolan
ringan dengan rekan-rekan kantor api ini membesar dengan sendirinya dan
peserta’pun banyak yang bergabung baik dari internal rekan kantor maupun dari
group FB Moluccan Backpacker. Para peserta satu per satu ter-eliminasi. Estimasi
share cost yang awalnya hanya Rp.350.000 berubah menjadi Rp.500.000 karena
beberapa pertimbangan (pertimbangan lokasi yang jauh & rental mobil) adalah salah satu alasannya, pun tidak menyurutkan niat
kami untuk tetap ikut berdarmawisata,hha.. Pastinya foto-foto di sosial media
menjadi racun yang harus segera dicari obat penawarnya; apalagi kalau bukan
datang ke TKP dan melihat langsung keindahan Pantai Ora yang tersohor itu
dengan mata kepala sendiri,hhe.. Berangkat dengan moda
transportasi mobil menjadi sesuatu yang “mewah” bagi backpacker gaya kere seperti
Beta ini. Mewah? Oke, sepertinya Beta harus menarik kata “mewah” untuk trip
kali ini. Karena diakhir acara, Beta tersadar bahwa perjalanan ini telah memakan
waktu setidaknya 48 jam. Dengan budget yang berhasil membuat nyali peserta
menciut itu sangat sebanding dengan pengalaman sekali seumur hidup yang baru
saja Beta alami (eh ralat) Dua atau Tiga kali pengalaman kesana lagi sepertinya
boleh juga,hhe..
Suli, Hunimua, Waipirit,
Tihulale
Berangkat pukul
18.00 WIT, kami bertolak dari Ambon, Negeri Suli menuju Pelabuhan Hunimua.
Sebenarnya untuk menuju Taman Nasional Manusela (dengan tujuan utama Pantai Ora)
bisa ditempuh melalui 2 jalur pelabuhan dari Ambon (Pelabuhan Tulehu &
Waipirit) yang memang sedianya melayani penyebrangan ke Pulau Seram. Di
pelabuhan Tulehu tersedia Feri cepat untuk penyeberangan penumpang, sementara
kendaraan bermotor roda dua atau lebih dilayani di Pelabuhan Hunimua dengan
pemberhentian di Pelabuhan Waipirit yang ditempuh selama 2 jam. Dengan total rombongan 14 orang (diantara’nya
adalah dr.Jessy dari Makassar & Caryl yang kebetulan sedang pulang kampung
ke Ambon setelah sekian lama tinggal di Ibu Kota) yang kemudian dibagi menjadi
2 team yang masing-masing 7 orang dalam setiap mobil. Berangkat antara pukul
19.30 WIT kami tiba di Pelabuhan Hunimua Pulau Seram pukul 21.30, yang kemudian
langsung dilanjutkan menuju rumah salah satu kolega Bung Glen Wattimury untuk
singgah sebelum menempuh perjalanan keesokan pagi’nya. (Siapa Bung Glen, sudah
Beta ceritakan di trip Pulau Osi ya,,hhe). Sayup-sayup suara khas terompet
terdengar dari kejauhan saat kami tiba di Negeri Tihulale. Ternyata suara
tersebut terdengar dari gereja kecil di tengah desa dimana beberapa jemaat
sedang berlatih untuk persiapan acara Paskah April mendatang. Akulturasi budaya
barat (Portugis & Belanda) memang sangat mempengaruhi budaya masyarakat di
Maluku khususnya dalam tata cara peribadatan Nasrani (NO SARA). Karena ini
pengalaman baru bagi Beta, sebenarnya moment ini kesempatan langka buat
diabadikan. Namun sayang sekali, Beta tidak bisa mendokumentasikan moment special
ini, karena selepas kami rehat sejanak aktivitas tersebut telah selesai
terlebih dahulu. Sehabis ramah tamah & bersilaturahmi dengan kolega Bung
Glen, kami beristirahat karena sudah diperingatkan bahwa perjalanan yang akan
kami tempuh esok hari akan cukup menyita waktu & tenaga kami.
Terjebak di jembatan
kayu, tanjakan Manusela, hingga planing Alternatif
Berangkat pukul
05.30 WIT, kami meninggalkan Negeri Tihulale menuju Sawai yang standarnya biasa
ditempuh dengan waktu 3,5 jam dan jika dari Pelabuhan Waipirit setidaknya
menempuh sampai 4 jam perjalanan. Wow, menuju surga tersembunyi ini ternyata
lumayan jauh ya. Seperti trip sebelumnya ke Pulau Osi, sepanjang perjalanan
Beta banyak menemui pohon kelapa dan sagu sebagai tumbuhan endemik yang berada
di Pulau Seram ini. Tidak hanya itu saja, puluhan jembatan telah kami lalui
untuk menuju lokasi hingga satu waktu mobil yang kami tumpangi terperosok ke
dalam jembatan dengan landasan bantalan kayu yang tengah direnovasi. Kami
bahu-membahu untuk mendorong mobil tersebut, tak berapa lama mobil’pun selamat.
Lumayan’lah sebagai pemanasan di awal perjalanan, yang pasti kami harus lebih
berhati-hati jika melewati jembatan ini sepulangnya dari Sawai nanti. Saat yang
paling seru (sebenarnya saat-saat dimana perut mual dubuatnya) adalah saat Kami
melalui tanjakan menuju Taman Manusela. Ok, tanjakan ini memang sesuai dengan
namanya, berada di sisi tebing dengan kelokan tajam layaknya huruf “S Double”
merupakan satu bagian dari perjalanan yang wajib kami lalui. Jalanan yang mulus
dengan kelokan tajam justru membuat driver mobil kami tertantang, dengan
kecepatan 70-80KM/Jam memanuver layaknya Fast & Furiust (alah) awalnya
memang seru dan Beta’pun sebenarnya menikmati’nya. Keseruan tersebut berubah
saat Beta tersadar bahwa tanjakan ini harus kami lalui setidaknya 2 jam, dan
harus melalui jalan yang sama saat kami pulang nanti,jhahahahaha.. (tertawa
apes T-T). Menempuh perjalanan dengan kecepatan tinggi membuat kami tidak sadar
bahwa kami telah melalui 2 cabang arah jalan dengan tujuan yang berbeda (Negeri
Sawai & Negeri Saleman). Sebenarnya arah awal tujuan kami menuju Sawai
karena sedianya kami akan menginap di sana, setelah beberapa pertimbangan kami
tetap melanjutkan perjalanan menuju Saleman kemudian menyeberang dengan
menggunakan kapal motor menuju Sawai. Memasuki Negeri Saleman teman-teman akan
dihadapkan dengan jalan yang kurang bersahabat. Kondisi alam membuat beberapa
titik jalan longsor & berlubang karena curah hujan yang cukup intens di
kawasan ini.
|
Kondisi jalan menuju Saleman |
|
Welcome to Saleman :) |
Setibanyan di lokasi, kami mulai mencari informasi dengan penduduk
sekitar tentang penyebrangan kapal motor baik menuju Sawai maupun Pantai Ora. Kami
tiba dengan selamat di Saleman antara pukul 08.30 WIT.
Service as Family
di Lisar Bahari Resort-Sawai
Layaknya kampung pesisir,
masyarakat Saleman mayoritas mengandalkan hasil laut sebagai mata pencaharian
mereka. Tidak hanya itu saja, Beta juga melihat aktivitas menjemur kacang
kenari sebagai salah satu hasil alam yang tengah diolah dengan cara dikeringkan.
|
Kacang kenari, ini mahal lo kalo di Eropa sono.. |
|
Kalian harus siapin waktu setidaknya 1 minggu untuk eksplorasi semua tempat di papan itu :)) |
Setelah mencari informasi (dan bernegosiasi) akhirnya kami menyewa dua buah
perahu motor dengan tarif@ Rp. 300.000 untuk menuju tempat dimana kami akan
menginap (Lisar Bahari Resort). Sebenarnya point yang ingin Beta share ke
teman-teman para travelers bahwasanya dari Saleman kita dapat melihat jelas Pantai
Ora plus deretan resort’nya cantik yang tersohor di dunia maya itu. Ternyata banyak pilihan wisata yang teman-teman bisa pilih saat mendatangi Saleman. Sorkling, hiking, bird watching, tapi siapkan waktu setidaknya seminggu untuk eksplorasi semua tempat di sini ya. Dari dermaga Ora Beach sih terlihat biasa saja, palingan menyeberang dengan kapal motor 10 menit juga
sampai di Ora. Istimewa itu ketika Beta menuju Sawai bersama rekan-rekan lain
dan menyadari bahwa Saleman-Ora-Sawai terletak di antara gugusan pegunungan
karst tropis purba yang keren! Sepanjang perjalanan menuju Sawai, teman-teman
dalam rombongan tak henti-hentinya mengabadikan moment berharga ini di setiap
kesempatan.
|
Ora Beach Eco Resort, dari saleman cuman 10 menit menyeberang perahu motor :)) |
|
Laut di Saleman menuju Sawai relatif tenang karena terletak di teluk :) |
|
Pegunungan karst dengan vegetasi alami'nya menjadi bagian dari Taman Manusela |
|
Mantab! |
Dengan kondisi laut yang relatif tenang, kami menempuh perjalan
kurang lebih 20 menit hingga akhirnya tiba di Lisar Bahari Resort-Sawai. Karena
konsep resort satu bungalow besar terdiri dari beberapa kamar, sangat
direkomendasikan bagi teman-teman yang datang berombongan 4 orang atau lebih.
Harganya’pun cukup terjangkau, satu orang diberandol Rp.300.000 rupiah selama
satu malam (sudah termasuk 3 kali makan) & beberapa fasilitas lainnya yang
ada di resort, salah satu’nya minum kopi sepuasnya,hhe..
|
Sawai menyapa.. |
|
Lisar Bahari Resort - Sawai |
|
Daftar harga & daftar beberapa stasiun TV yang pernah datang ke Sawai |
Untuk sub headline ini
sebenarnya murni bukan iklan, lebih tepatnya sebagai salah satu ucapan
terimakasih baik dari kami secara rombongan maupun Beta secara personal kepada
Pemilik resort, Bapak Ali. Makanan yang enak dengan olahan yang cukup beragam,
discount untuk harga tempat kami menginap & sewa kapal motor, dan beberapa
privilege yang diberikan kepada kami membuat Beta terbeban untuk membagikan
segala kebaikan yang telah diberikan Beliau melalui Blog ini. Pastinya Beta
ingin teman-teman juga mendapatkan pengalaman yang sama dengan apa yang kami
rasakan. Kebaikan juga perlu disebarluaskan bukan, jangan lupa singgah di resort
Beliau jika teman-teman berkunjung ke Sawai ya!
|
Jernih & bening, bisa langsung lompat & snorkling |
|
Sederhana, bersih, nyaman denan harga lumayan terjangkau *itu yang kita cari kan..hha.. :) |
|
Ngopi sepuas'nya Bro!! |
|
Ikan garupa bakar"segar",,hmm.. |
|
Monggo di nikmati Mas Bro :D |
Panorama alam Saleman-Ora-Sawai (SOS) sangat indah dan menyenangkan untuk dieksplorasi. Selesai santap siang kamipun bergegas menyambangi beberapa
tempat yang direkomendasikan oleh pengemudi kapal motor kami; Pulau Kasoari, Pulau
Raja, Sumber Mata Air Tawar di tengah laut (maaf, Beta lupa namanya) dan beberapa tempat menarik di seputaran SOS. Destinasi
pertama kami singgah di Pulau Kasoari. Pulau mandiri ini berada persis di
tengah-tengah lautan luas dan memiliki pantai pasir putih bersih,,menuju lokasi
ini juga butuh perjuangan melawan ombak pasang yang tinggi Mas Bro,semacam
arung jeram dadakan yang sontak membuat satu perahu motor berdoa
berjamaah..hhe.. Pulau ini bisa kita kelilingi hanya dengan berjalan kaki
kurang dari 5 menit.
|
Kapal motor? Kalau menurut Beta lebih tepat disebut "lesung",,"lesung" ini akan bergerak sesuai dengan gerak tubuh kita.. #Seketika doa berjama'ah naik "lesung" ini,,hha.. |
|
Deburan ombak mengantarkan perjalanan kami |
Ok next stop, dan sepertinya ada yang ganjil, Beta tidak
mendengar Pantai Ora masuk daftar kunjungan trip perahu motor kami. Wah,bahaya
kalau tidak foto-foto di tempat yang membuat Beta termotivasi untuk jauh-jauh
datang ke Ambon ini,hha.. Setelah berkomunikasi persuasif dengan rekan-rekan
dan pengemudi kapal motor, akhirnya diputuskan juga untuk singgah dan men#jejakaki
Ora Beach Eko Resort. Pastinya nggak nyangka Beta akhirnya singgah di tempat
ini, setelah sekian lama deretan foto di Ora Resort ini wira-wiri dan menjadi
obrolan hangat di social media Nusantara. Sayang cuaca kurang cerah dan gerimis,
jika saja sedikit cerah pasti foto-foto yang kami ambil akan membuat kalian
makin iri,,hhe.. FJI, menginap di Ora Beach Eko Resort, teman-teman harus
bersiap dengan harga Rp700.000 per orang’nya per malam per bed. Dalam satu
bungalow kecil terdapat double bed yang bisa kalian share dengan partner
sekamar kalian. Pastikan harus booking jauh-jauh hari untuk bisa mendapatkan
pengalaman menginap di Ora Beach Eko Resort ya!
|
Dermaga Ora Beach |
|
Nggak nangka Beta bisa sampai sini *masih ga' percaya.. |
|
Bulan madu? atau mau menyepi dari keributan kota? Boleh :) |
Puas mendokumentasikan setiap sudut resort ini, kami berniat kembali ke
Sawai. Kagum dengan karst yang menjulang gagah di sepanjang perjalanan, kapal
motor kami’pun terhenti di salah satu karts yang paling tinggi dengan air laut
yang sangat jernih dan bening di bawah’nya. Dan byur, beberapa rekan kami tak
tahan oleh rayuan bening’nya air laut di kawasan ini. Puas berenang &
berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke titik menarik lainnya. Kami
berhenti di Mata Air Tawar di tengah laut dan disinilah Beta kagum dengan filter alami yang dibuat
oleh Sang Ilahi. Yo’i, pegunungan kapur ini berhasil menyaring ribun kubik air
hujan menjadi sumber mata air yang melimpah termasuk juga di desa Sawai, dan
seperti yang kita tahu, dimana ada air disitulah ada kehidupan. Datang ke SOS
Beta belajar banyak hal tentang penting’nya menjaga kelestarian alam. Beta
memulai’nya dengan sesuatu yang kecil yakni berkomitmen untuk tidak membuang
sampah sembarangan dimanapun Beta berada. Selepas dari beberapa lokasi tersebut dan tiba di Sawai,
kami beraktivitas bebas sembari bersih-bersih dan menunggu santap malam.
What a Special
Morning
“Selamat pagi Sawai
– at Pulau Seram, Maluku” mungkin bisa menjadi update status Beta (andai saja
sinyal SmartFr*n berguna di sini), karena pagi ini laut begitu teduh bermandikan
cahaya mentari dimana ikan warna-warni bebas berlarian terlihat jelas dengan
mata telanjang. Sementara teman-teman
yang lain asik bersnorkling, Beta diajak
oleh salah satu rekan men#jejakaki salah satu bukit di belakang perkampungan
penduduk. Berjalan kurang lebih 300 meter dari tempat kami menginap, Beta dapat
melihat dengan jelas perkampungan Sawai dari sisi atas bukit. Wow, di bukit
inilah SD Inpres Sawai berada dan sepertinya anak-anak Sawai boleh berbangga
dengan potensi alam yang akan mereka warisi kelak. Dan Beta yakin, anak-anak
disini pasti sekolah dengan semangat, karena setiap pagi disambut pemandangan
istimewa nan menawan!
|
Melihat Sawai dari atas bukit, Beta serasa di Aceh,, hhe.. |
|
Sekolah dengan landscape alam, anak-anak pasti ceria setiap hari :) |
|
Meninggalkan #jejakaki dulu,hhe.. *ini bukan iklan sandal lo ya.. |
Sekembalinya menuju penginapan, kami
penasaran dengan adanya sungai kecil yang membelah desa ini. Benar saja, sumber
mata air tawar begitu melimpah muncul ke atas permukaan tanah yang tentu saja
berasal dari pegunungan karst di atas’nya.
|
Sumber mata air tawar diantara pemikiman penduduk |
Capek, senang, puas, kini saatnya
kami menyambut hari dimana kami harus kembali pulang yang pastinya kembali
dengan kesibukan harian kami. Sepertinya kami sudah betah dan ingin berlama-lama
di tempat dimana kami menginap ini. Alam yang masih bersih ditambah suasana
tenang ala pedesaan pesisir tentunya tidak bisa didapatkan di kota membuat
enggan untuk beranjak. Kapal motor bersiap mengantarkan kami pulang kembali di
tempat mobil kami yang sepertinya juga sedang melepas lelah sejenak di
Saleman,hhe.. Kondisi laut yang sangat-sangat tenang dan cuaca pagi yang hangat
berhasil membuat landscape alam SOS sangat indah. “Golden Hours” kalo
temen-temen fotografi bilang, moment yang tepat untuk mengabadikan pemandangan
alam.
|
Morning Sawai.. |
|
On The Way - Saleman |
|
Speechless, kagum dengan cipta'an Nya |
|
Niatnya pose gaya survivor gitu, jatuh'nya malah mirip ABK kapal.. hadeeh.. |
|
Bersama keluarga Backpacker Maluku, Mantab!! |
Sesampainya di Saleman, kami bersiap untuk kembali pulang ke Ambon dan
mengejar waktu agar tidak tertinggal kapal feri di pelabuhan Waipirit. Dan saat
kepulangan ini’lah Beta kembali teringat akan jalan “tanjakan” itu (lagi)...Ok,Baiklah....
T-T
FJI (For Jejakakers Information)
- Negera indonesia adalah negara kepulauan, sangat disarankan untuk datang berombongan untuk megekploarsi setiap sudut yang ada di negeri ini, maksud'nya biar bisa shre cost,hhe.. :)
- Menuju SOS terdapat tiga
moda alternatif yang bisa rekan-rekan gunakan. Dari Pelabuhan Waipirit
terdapat mobil Avanza yang disewakan secara rombongan menuju Waisai dengan
tarif Rp.120.000 /orang. Sebenarnya menggunakan sepeda motor menuju
Saleman / Sawai juga bisa, karena menempuh perjalanan yang cukup jauh,
sewa Mobil dengan tarif Rp.1.000.000 secara kolektif sangat
direkomendasikan.
- Datang ke SOS sebaiknya
saat musim panas. Selain pemandangan alam dapat kita nikmati dengan bebas,
kondisi jalan yang belum di aspal menjadi salah satu pertimbangan.
- Menuju beberapa
destinasi menarik di SOS teman-teman harus menggunkan kapal motor. Tarif
kapal motor Rp.400.000 (sebelum harga BBM naik), that’s why ke SOS baiknya
rombongan pastinya agar bisa share biaya dengan satu rombongan team.
- Menginap di Ora pastikan
untuk booking jauh-jauh hari. Terdapat 7 bungalow kecil & 1 bungalow
besar yang berlokasi di bibir pantai dengan pemandangan alam yang indah,
harga per orang’nya dikenakan Rp.700.000. 2 bungalow berlokasi di darat
juga dapat disewa dengan harga yang lebih bersahabat.
- Menempuh perjalanan yang
cukup jauh, mengunjungi SOS disarankan dengan estimasi waktu (minimal) 3 hari 2
malam.
- Bantu eco wisata tanah air dengan
membeli beberapa produk lokal yang dijual oleh masyarakat setempat ya J
- Sangat direkomendasikan untuk membawa
kamera under water & kamera DSLR bagi penikmat fotography.
- Untuk menumbuhkan 1 cm terumbu karang
membutuhkan waktu setidaknya satu tahun. Mari ikut menjaganya dengan hanya
meninggalkan #jejakaki, capture dokumentasi, dan buanglah sampah pada tempatnya
even secuil bungkus permen sekalipun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar