Pelabuhan Liang di ujung Pulau Ambon ke Waipirit di Pulau Seram bisa dibilang menjadi salah satu pelabuhan tersibuk karena jangkauan waktu'nya yang relatih singkat. Berikut terlampir jadwal keberangkatan Kapal Feri dari Liang - Waipirit (Update Januari 2023)
LIANG
(WIT)
TIBA
DI WAIPIRIT (WIT)
05.30
07.00
07.00
08.30
08.00
09.30
09.30
11.00
11.00
12.30
12.00
13.30
13.30
15.00
14.30
16.00
16.00
17.30
17.00
18.30
18.30
20.00
20.00
21.30
21.00
22.30
Berikut terlampir juga update tarif penyeberangan baik untuk pwnumpang maupun kendaraan bermotor :
Berikut terlampir juga update tarif penyeberangan untuk rute TULEHU - MASOHI dengan jadwal terlampir :
JADWAL KAPAL TULEHU –MASOHI
(SENIN – SABTU) Tiket Rp.148.000,-
TULEHU (WIT)
MASOHI (WIT)
09.00
11.30
16.00
18.30
MASOHI (WIT)
TULEHU (WIT)
08.00
10.30
14.00
16.30
JADWAL KAPAL TULEHU –MASOHI PP (HARI MINGGU) Tiket Rp.148.000,-
TULEHU (WIT)
TIBA DI MASOHI (WIT)
11.00
13.30
16.00
18.30
MASOHI (WIT)
TULEHU (WIT)
14.00
17.30
JADWAL KAPAL FERY TULEHU – MASOHI
PP (SETIAP HARI 1X) Tiket Rp.110.000,-
Sosial media membuktikan bahwa informasi dengan mudahnya semakin cepat diakses. Pun informasi mengenai kegiatan Pulau Run Panggel Pulang (di Kepulauan Banda Naira) Beta dapat dari sosial media. Acara festival ini dilengkapi perlombaan Perahu Belang antar negeri yang berada di Banda. Wah, tanpa berpikir panjang, Beta langsung menyusun rencana untuk menuju Pulau Run, karena memang pada dasarnya Beta belum mengambil cuti setahun ini, ya sudahlah ya.. ada kalanya lari dari rutinitas sejenak, siapa tahu dapat ide dan inspirasi untuk proyek akhir tahun di kantor.
Setelah mencari informasi dan berkontak dengan beberapa relasi, akhirnya Beta dipertemukan dengan teman-teman dari Moluccas Costal Care (MCC). Teman - teman ternyata sedang berkegiatan di Pulau Run dan Beta berkesempatan untuk join satu perahu dengan mereka. Makasih lo..hhe..
Sampai di Pulau Run pada saat kondisi air surut
Kalau boleh jujur, matahari di Pulau Run sangat menyengat, ditambah lagi acara dimulai pukul 14.00 siang..langsung auto gosong..hhe.. Sambil menungggu acara perlombaan perahu belang di mulai, Beta dan teman-teman MCC sengaja berkeliling pulau untuk melihat perkebunan Pala. Jujur Beta sangat exited, everyone know that Pulau Run and New York is a sister..hhe..Ya, gara-gara "rebutan" Pala inilah, Inggris dan Belanda akhirnya menandatangani perjanjian Breda untuk bertukar New York dengan Pulau Run.
Buah Pala yang sudah matang pohon. Seneng rasanya bisa melihatnya secara langsung
Dimana ada tumbuh Pala, pasti ada Pohon Kenari. Pohon Kenari ini sangat besar sekali. Sempat takut saat mau foto..hha..
Jelajah perkebunan Pala bersama teman-teman MCC
Pemandangan Pulau Run nampak dari atas bukit.
Beta senang dapat melihat perlombaan Perahu Belang secara langsung, apalagi diselenggarakan'nya di lokasi yang sangat bersejarah. Tapi sayang, nggak bisa menyaksikan perlombaan dengan dekat, karena dermaga dikhususkan bagi tamu VIP.. :( Perlombaan ini diikuti oleh enam negeri yang berada di Banda dan dimenangkan oleh Team dari Pulau Ay.
Nampak Perahu Belang Pulau Ay sesaat setelah memasuki garis finish
Foto bersama Perahu Belang juara, dari Pulau Ay
Foto bersama pendayung Perahu Belang
Perahu Belang sesaat setelah melewati garis finish
Bertemu Teman Baru dan Sahabat Lama
Saat tahu Beta akan ke Banda Naira, rekan kerja Beta; Elvira, langsung exited but also jealous. Karena memang Vira sudah mendambakan untuk foto-foto dan jelajah sudut Banda namun belum kesampaian *lain kali ya..hhe.. But she support me dengan memberikan kontak salah satu temannya yang berada di Banda; Resty a.k.a Jhony namanya. Cewek tomboy satu ini sangat friendly and no limit alias bocor, bakalan ngakak terus kalau jalan sama ni anak..hha.. Setelah ngobrol, benar saja dia kenal dengan salah satu teman yang Beta kenal saat ke Banda tujuh tahun lalu, Tresna namanya. And finally we meet again and make a little trip to Lonthor with her friend Esti and we having fun there. Dari Naira ke Banda Besar dapat ditempuh sekitar 15 menit ke Dermaga Boiyauw dengan menggunakan speed. Kami melanjutkan jalan kaki menuju Lonthor (Benteng Holandia) dengan jalan kaki sekitar 30 menit..hhe. Dengan pemandangan yang luar biasa di Benteng Holandia, enggan rasanya untuk cepat-cepat pergi dari tempat ini.
Dari Kiri ke Kanan; Resty, Tresna, Beta dan Penty
Perigi Pusaka. Mata Air (Sumur) di atas bukit dengan pemandangan Kebun Pala di atas'nya dan Gunung Api Banda sebagai latarnya
Dari Benteng Holandia, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi Perigi Pusaka. Perigi Pusaka adalah sumur mahta air tawar yang sarat akan sejarah. Setiap satu dekade, sumur ini dikuras dan dibersihkan dengan prosesi adat. Untuk masuk ke kawasan ini, para pengunjung dikenakan sumbangan secara sukarela. Sore menjelang kami kembali ke puat kota di Naira dengan menyeberang dari tempat yang sama.
City Tour di Naira
Tidak banyak aktivitas yang Beta kerjakan selama sisa dua hari di Naira, karena memang ini bukan pertamakalinya Beta mengunjungi Banda. Beta memutuskan untuk rebahan dan bersantai sejenak di penginapan, selain back'up data di HP, panas terik yang menyengat menjadi alasan untuk beta "ngadem" sejenak. Sore harinya Beta berkesematan untuk eksplore beberapa museum yang sudah menjadi waiting list yang belum kesampaian selama ini. Rumah Budaya Banda, Rumah Pengasingan Syahrir, Rumah Pengasingan Bung Hatta,,dan pastinya Benteng Belgica dengan pemandangannya yang juara menjadi daftar wajib yang tak boleh dilewatkan.
Koleksi Rumah Budaya Banda Naira
Koleksi Rumah Budaya Banda Naira
Rumah Pengasingan Bung Syarif
Rumah Pengasingan Bung Hatta tampak depan
Ruang Tamu Rumah Pengasingan Bung Hatta
Membayangkan dahulu belum ada lampu dan Beliau menuliskan beberapa pemikirannya dan membawa buku bacaanya yang banyak itu di kamar ruangan ini.
Kamar Bung Hatta, auranya sangat positif.
Meja belajar di area ini masih otentik
Benteng Belgica dengan latar belakang sunset'nya
Di Rumah Budaya Beta berkesempatan bertemu dengan Ibu Fenny Frankemon. Beliau adalah pengelola Rumah Budaya Banda, dan setelah ngobrol-ngobrol tentang kuliner di Banda, Beta tertarik untuk memesan Kue Lonthar khas Banda yang dibuatnya sebagai buah tangan teman-teman di Ambon.
Kue Lontar khas Banda dari Mama Feny Frankemon
Sekali lagi Beta mau bilangbahwa ini bukan pertama kalinya Beta datang ke Banda, dan entah mengapa selalu enggan meninggalkan kepulauan yang penuh sejarah ini. Aura melankolis khas anak rantau seketika kambuh saat teman-teman mengantar Beta berangkat ke Pelabuhan. Sampai bakudapa di lain kesempatan. Danke
Lihat video lengkapnya yuk, link terlampir :
Estimasi Biaya Perjalanan
Penginapan Delfika
- Penginapan Delfika AC (Kamar Mandi Dalam) : Rp. 330.000,- / Room / Night
Pulau Saparua mungkin bisa menjadi alternatif lokasi liburan teman-teman saat berkunjung ke Ambon. Jaraknya yang relatif dekat, Beta kira dapat dijangkau kapan saja. Begitu juga dengan saya dan teman - teman yang menyempatkan diri untuk mengunjungi Pantai Kulur (yang berlokasi di Saparua) di sela kesibukan kami bekerja. Pantainya yang berpasir putih dengan laut gradasi biru, sangat cocok untuk piknik sembari santap rujak di siang hari yang terik..hhe.. Perlu teman-teman ketahui bahwa pantai ini bersebelahan dengan Pelabuhan Kapal Fery Kulur. Mengunjungi pulau ini paling pas saat diadakan Festival Pattimura (diperingati setiap tanggal 15 Mei), yang pengalamannya beta lampirkan di link berikut ini : Festival Pattimura
Nah, gimana sudah tertarik untuk eksplor Saparua, jangan lupa untuk melihat keseruan perjalanan kami via YouTube juga dengan link terlampir ya : Santai di Pantai Kulur Saparua
Rujak'an kami di Pantai Kulur..hhe..
Lokasi Pantai Kulur bersebelahan dengan Pelabuhan Kapal Fery
Rute & Jadwal Keberangkatan ; Setiap Hari : 07.30 - 16.00 WIT
Lama Perjalanan : 1 Jam
Transportasi di Saparua :
- Transportasi di Saparua menggunakan angkot dengan estimasi biaya Rp. 5.000 / Sekali Rute perjalanan
- Ojek menjadi alternatif untuk perjalanan, tarif sesuai lokasi mulai dari Rp. 10.000,- / Sekali Jalan (Jarak Dekat)
- Dari Saparua Kota ke Kulur dutempuh selama kurang lebih 30 menit perjalanan dengan menggunakan motor. Disarankan untuk naik ojek dengan estimasi budget Rp. 100.000,- (Pulang / Pergi)
Nusa Laut, secara geografis berlokasi tidak jauh dari Pulau Ambon
dan bisa dibilang salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Pulau-Pulau
Lease (Pulau Saparua, Pulau Haruku dan Nusa Laut). Nah, diantara tiga serangkai
ini, hanya satu saja yang Beta belum berkesempatan untuk mengunjungi’nya. Ya,
karena memang Nusa Laut atau dalam bahasa lokal disebut Pulau Anyo-Anyo (pulau
kecil yang mengapung) letaknya yang paling jauh diantara dua sahabat’nya. Jadi
Beta harus memperhitungkan waktu yang tepat untuk menjejaki pulau kecil yang
penuh dengan sejarah ini.
Sabtu pagi, Beta bergegas menuju Pelabuhan Waai dari Kota Ambon.
Walaupun berada satu daratan dengan Ambon, secara administratif, Pelabuhan Waai
terletak di Kabupaten Maluku Tengah. Dari titik keberangkatan, kapal Fery harus
singgah terlebih dahulu di Pelabuhan Kulur (Pulau Saparua), Pelabuhan Pulau
Nusa Laut dan berakhir di Kota Masohi di Pulau Seram. Perjalanan dari Waai ke
Nusa Laut ditempuh selama kurang lebih 6 jam perjalanan. Kapal berangkat pukul
09.00 WIT dan akhirnya tiba di Nusa Laut pukul 15.00 WIT, Beta langsung dijemput
dengan ojek untuk menuju rumah salah satu kolega yang terletak di Desa / Negeri
Sila.
Janji adalah Hutang
Lagi - lagi, selalu ada alasan untuk datang ke sebuah destinasi di
Maluku. Sebagai penikmat sejarah, Beta berniat untuk melihat lebih dekat
gereja-gereja tua (peninggalan masa penjajahan) yang tersebar di Pulau
ini.Setidaknya teredapat enam gereja tua yang tersebar di tujuh
desa di Kecamatan Nusalaut, yaitu:
·Gereja Beth Eden (1817) di Desa Ameth
·Gereja Bethesda (1900) di Desa Akoon
·Gereja Irene (1895) di Desa Abubu
·Gereja Eben Haezer (1826) di Desa Titawaai
·Gereja Sion (1820) di Desa Nalahia
·Gereja Eben Haezer (1715) jemaat Desa Sila dan
Leinitu.
Hampir 99% penduduk yang tinggal di Nusa Laut beragama Kristen
Protestan.
Suara lonceng Gereja Tua Eben-Heazer (gereja di samping rumah
singgah kami) berdentang. Bukti bahwa ibadah minggu di seluruh pulau ini akan
di mulai serentak, yakni pukul 09.00 pagi. Awalnya Beta dan salah satu rekan
bernama Rezika berencana untuk mengikuti ibadah di Gereja Tua di Desa Abubu;
berlokasi kurang lebih 30 menit dari tempat kami tinggal. Namun pagi itu hujan
sangat deras sekali dan tidak memungkinkan untuk berangkat, jadi kami
memutuskan untuk beribadah di gereja samping rumah yang kebetulan gereja
ter-tua di Pulau ini (sekaligus di Provinsi Maluku) yang Beta sebutkan di
awal.
Tampak luar Gereja Ebenheazer gagah dengan temboknya yang tebal
Salah satu sudut yang menurut Beta sangat cantik dengan latar menara loncengnya..
Prasasti Gereja yang ditemukan saat renovasi gereja yang ber-angka tahun 1715
Mimbar dan bagian lain interior masih asli, walaupun beberapa sudah melalui renovasi beberapa kali
Janji adalah hutang,,
sudah sering mendengar ungkapan ini bukan. Faktanya itu berlaku di sini dan
pantang untuk dilanggar. Jika sudah janji untuk datang ke Nusa Laut maupun
lokasi lain di pulau ini, wajib dan harus di tepati! Jika tidak, orang tersebut
kemungkinan akan sakit. Hal itu tidak hanya berlaku bagi keturunan orang Nusa
Laut saja, namun siapa saja yang sudah punya niat untuk datang ke pulau ini.
Mitos itu sudah Beta dengar sejak lama memang, namun setelah kolega kami (yang
asli orang Nusa Laut) membernarkan cerita tersebut; Beta langsung berdoa segera
hujan reda. Kenapa? Ya jelas langsung mengelilingi pulau ini lah, dan
mengunjungi Gereja Tua di Abubu sesuai dengan nazar / niat yang sudah beta
rencanakan.. hehe.. Tapi sekali lagi mau ini mitos atau hanya cerita rakyat,
pesan moralnya adalah; kalau sudah janji ya harus ditepati... :)
Perjalanan Mengelilingi Pulau
Perjalanan Beta dimulai
dari Negeri Sila-Leinitu menuju Negeri Titawai. Perjalanan dapat ditempuh
kurang lebih 15 menit dan mengantarkan Beta sampai di Gereja Heazer Titawai,
namun Beta mengurungkan niat untuk mendokumentasikannya karena saat itu sedang
diselenggarakan kegiatan di dalam gereja. Beta melanjutkan perjalanan dan
sampailah di Negeri Abubu. Nah, di Abubu inilah kampung halaman Pahlawan
Nasional Christina Martha Tiahahu berasal. Terdapat monumen Martha Christina
yang beberapa waktu lalu baru saja diresmikan sebagai penanda perjuangan
Srikandi dari timur ini. Karena keterbatasan waktu, untuk sejarah perjuangannya
belum bisa Beta ulas, namun teman-teman dapat mecari informasi lengkapnya di
Google.
Berfoto di monumen pengingat perjuangan Srikandi dari Timur
Tidak jauh dari lokasi
Patung Christina, terdapat Gereja Tua Irene, setelah izin petugas gereja,
akhirnya Beta dapat diizinkan masuk untuk mendokumentasikan ruangan di
dalamnya. Aah.. andaikan pagi tadi tidak hujan, pasti Beta dapat berkesempatan
untuk beribadah di gereja dengan mimbar'nya yang unik ini.
Mimbar Gereja Irene dengan detail ornamen bintang. Mungkin terdapat makna khusus ya. Bagi Beta, simbol ini mengingatkan kita pada bintang di Timur penanda kelahiran Kristus
Bercengkrama dan berdiskusi tentang sejarah Gereja Irene dengan penatua / petugas dari gereja.
Interior di dalam gereja dengan kursi kayu yang panjang dapat menampung seluruh jemaat di Negeri Abubu
Ciri khas gereja-gereja di Maluku, terdapat mimbar untuk Raja - Raja. Warna pastel dan ukirannya yang sederhana, namun menjadi vocal point di dalam gereja ini.
Sebelum sampai di
Negeri Ameth, kami sempat berhenti sejenak di Negeri Akoon. Disini teman-teman
dapat melihat Batu Kapal, dermaga speed boat masyarakat setempat dengan batu
yang mirip kapal menjadi latar'nya. Karena sudah terlalu sore dan awan mendung
menaungi, kami hanya singgah dan foto saja dan bergegas menuju Gereja Beth Eden di negeri Ameth. Beta sangat bersemangat setelah memperoleh izin dari Pendeta / penatua untuk mendokumentasikan interior gereja tersebut.
Interior Gereja Beth Eden di Negeri Ameth. Dari beberapa gereja di Nusa Laut, menurut Beta gereja ini yang masih sangat otentik.
Mimbar dengan partisi kayu dan tirai, sangat sederhana sekaligus masih terasa otentik
Salah satu ciri khas gereja tua di Maluku, dengan ruang kubah bervolume di area tengahnya
Sejujurnya mengelilingi
Nusa Laut dan memasuki gereja tua di setiap negeri tidak bisa dilakukan secara
marathon / dalam waktu singkat. Jika teman-teman perhatikan, hanya Gereja Ebenheazer di Negeri Sila saja yang sempat Beta dokuemntasikan bentuk fisik bangunannya dari luar. Selain karena cuaca yang tidak mendukung, kapasitas memori HP juga menjadi kendalanya. Beta hanya berkesempatan untuk
melihat tiga dari enam gereja tua yang berada di pulau ini, itupun setelah
proses perizinan Pendeta maupun Penatua / pengurus gereja. Sisanya hanya dapat
saya nikmati keindahannya dari luar, walaupun rata-rata sudah banyak berubah
karena renovasi dan demi kenyamanan beribadah jemaat. Yang penting nazar sudah
terlaksana itu sudah cukup bagi Beta..hhe..
Sebenarnya banyak hal di Nusal Laut (khususnya wisata bawah airnya) yang bisa di eksplore. Alamnya yang masih alami masih menyimpan rasa penasaran dan msteri bagi Beta,, ya, tapi sekali lagi Beta tidak berani berjanji untuk berkunjung lagi ke pulau ini suatu saat nanti.. hhe..
Bersama Kaka Karen & Rezika di Batu Kapal Akoon. Terimakasih untuk hospitality'nya selama Beta di Nusa Laut
Ucapan Terimakasih
Kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
atas segala perlindungannya
2. Rezika Juniko Uspessy
untuk bantuan dan segala informasi hingga bisa mengantarkan beta untuk
mengunjungi Nusa Laut
3. Keluarga Bapak Poli Kiriwenno beserta istri Ibu Pdt. Rina kiriwenno dan keluarga yang telah membukakan pintu rumahnya untuk tempat tinggal saya selama
di Nusa Laut
4. Bapak / Ibu Pendeta
serta penatua di beberapa gereja yang beta kunjungi atas perizinan dan akses
yang boleh Beta terima
Estimasi
Biaya Perjalanan
Ferry Berangkat :
Ambon - Nusa Laut : 45.000,- (Melalu
Pelabuhan Ferry Wai)
Nusa Laut - Ambon : 45.000,- (Pelabuhan
Nusa Laut)
12.00 (Nusa Laut) -> 19.00 (Waai)
Kamis, Sabtu, Minggu
(Turun di Amet)
Speed Berangkat :
Tulehu - Nusa Laut : 75.000,- (Turun di
Negeri Titawai)
Senin & Sabtu : 06.00 (Tulehu) ->
08.00 (Titawai)
Speed Pulang :
Nusa Laut (Titawai) - Tulehu : Rp.
75.000,-
Senin 06.00
Jejakers
Information :
1. Jangan janji jika ingin berencana pergi ke
Pulau ini. Jika sudah terlanjur janji, segera di tepati ya. Pun selama di Nusa
Laut jangan sembarang umbar janji untuk mendatangi suatu tempat ya..
2. Siapkan uang tunai yang cukup karena
setahu saya tidak ada ATM di Nusa Laut. Yang saya lihat hanya beberapa gen
BRI-Link di beberapa rumah / kios. (koreksi jika salah)
3. Nusa Laut adalah salah satu lokasi yang
sering dikunjungi untuk spot diving turis mancanegara.