Sudah banyak trip yang Beta Jejaki, dan
Beta merasa berhutang pengalaman pada travel blogger maupun temen-temen
backpacker yang telah memberikan banyak sekali informasi yang mengantarkan Beta
ke beberapa destinasi di Indonesia. Empat
hari sebelum keberangkatan ke Pulau Osi di Kepulauan Seram-Maluku, Beta berjanji
pada diri sendiri kalau perjalanan kali ini harus Beta rangkum dan posting
dalam wujud sebuah blog, ya,,hitung-hitung sebagai share pengalaman dan balas
budi Beta atas semua informasi yang Beta dapatkan selama ini J So pasti, Beta yakin informasi sekecil apapun akan sangat berguna bagi
temen-temen para backpacker / low cost traveler yang sedang menyusun itinerary
untuk mengunjungi tempat ini,hhe... Ok, cukup kata pengantarnya, kini kita
kembali ke pohon :3 Belum genap satu bulan Beta kerja di Ambon
(Baca postingan Beta tentang Ambon di sini>>) tapi rekan Bung (Bung Glen)
yang kebetulan hobi jalan langsung nawarin Buat buat ke Pulau Osi. Yap, sebuah
gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di Pulau Seram bagian selatan yang
terkenal dengan hutan mangrove dan jembatan dermaga kayu’nya yang panjang.
(Postingan tentang Pulau Osi juga bisa temen-temen baca di
moluccanbackpacker.blogspot.com / FB : MoluccanBackpacker). Sebenarnya perjalanan kali ini tidak bisa
disebut sebagai trip sih, mungkin lebih tepatnya touring karena memang selama
perjalanan kami menggunakan moda transportasi motor. Setengah enam sore waktu
indonesia bagian timur, dan Beta masih sibuk dengan kerjaan greeting card
ucapan tahun baru imlek yang belum juga di ACC oleh General Manager. Kelar kerjaan,
Beta langsung bersiap untuk berangkat dan beruntunglah karena hal yang paling
Beta khawatirkan tidak terjadi; ditinggal oleh rombongan ;-)) Terlambat 10
menit saja, mungkin Beta nggak akan bisa share pengalaman Beta di sini,,hhe. :-P
SULI (NATSEPA)
– HUNIMUA, AMBON –> WAIPIRIT, PULAU SERAM
Lokasi kerja Beta berada di Negeri Suli (desa / nama
daerah disebut “negeri” oleh masyarakat Maluku), persis di sepanjang Pantai
Natsepa yang berlokasi sekitar 45 menit perjalanan dari pusat Kota Ambon. Hujan
mengiringi keberangkatan kami dari Suli hingga Pelabuhan ASDP Hunimua Ambon yang
kami tempuh hampir satu jam. Tanpa persiapan jas hujan ataupun rain cover, kami
terus melanjutkan perjalanan untuk mengejar keberangkatan kapal Feri yang
dijadwalkan akan berangkat pukul 8 malam. Kami sepakat akan saling sharing cost
dengan partner boncengan motor kami masing-masing. Menempuh perjalan dengan
cuaca yang kurang bersahabat, akhirnya kami tiba di pelabuhan Hunimua sekitar
pukul 7 WIT, tentu saja dengan keadaan berbasah-basahan,,hhe.. Tarif untuk
penyeberangan Fery ASDP dikenakan ongkos Rp. 36.000,- untuk motor & Rp.
17.000,- untuk Dewasa, sedangkan untuk
anak-anak dikenakan tarif Rp.13.000,-. Sebenarnya Beta penasaran dengan jadwal
penyebrangan Feri rute Hunimua – Waipirit, namun di loket Beta tidak menemukan informasi detail tentang
jadwal penyebrangannya. Mungkin tersembunyi di sisi lain ruang tunggu kali ya,
padahal ini penting banget bagi kita-kita ini para traveller.
|
KMP. Roka yang mengantarkan perjalanan kami dari Hunimua - Waipirit |
|
Suasana dek penumpang di atas kapal |
|
Harga tiket penumpang & kendaraan bermotor |
Di dek kapal, kebetulan
Beta ngobrol dengan salah satu anggota keluarga rekan kerja Beta di kantor yang
memang tinggal di Pulau Seram. Pastinya kesempatan emas dong untuk cari tahu
lebih banyak tentang destinasi wisata menarik di Pulau Seram, apalagi kalau
bukan Pantai Ora yang terkenal itu dan Taman Nasional Manusela’nya yang indah,hhe..#Modus
:-p Obrolan mengalir begitu asik hingga topik kami’pun beruntut tentang kuliner
papeda sebagai salah satu makanan khas Ambon (yang ternyata ini adalah surprise
saat Beta tiba di rumah Beliau). Walau hempasan angin laut sangat terasa di dek
penumpang, perjalanan kami bisa dibilang cukup mulus dengan kondisi ombak yang
relatif tenang. Perjalanan dari pelabuhan Hunimua Ambon – Waipirit Pulau Seram ditempuh
dengan durasi waktu 2 Jam. Kami’pun lantas tiba di Waipirit Pulau Seram antara
pukul 22.00 WIT.
PULAU SERAM, TAK SE”SERAM” NAMANYA
WAIPIRIT –
HATUSUA – WAISARISA – NURU – KAMAL – ETI –PIRU (PP)
Setibanya di pelabuhan ASDP Waipirit, sepertinya cuaca
masih belum menampakan tanda-tanda akan bersahabat. Ah, akhirnya menginjakan
Pulau Seram juga batinku. Pulau yang selama ini cuman Beta baca di buku IPS
sekolah dasar sebagai salah satu tempat penghasil rempah-rempah & tempat
pengasingan para pendiri bangsa kita akhirnya bisa Beta sambangi. Keluar dari
pelabuhan menuju jalan utama lintas pulu seram, kita akan di sambut dengan
Pintu Gerbang dengan tulisan diatas’nya ; “Selamat datang di Bumi Saka Mese
Nusa” yang artinya “Jagalah Pulau
ini Baik-baik”. Jika ke Kiri kita akan menuju Waisarisa & Piru, sedangkan jika ke
arah berlawanan (kanan) kita akan menuju Kairu, Liang & Masohi. Pohon nyiur
berusia puluhan tahun dengan tinggi antara 8-10 meter’an dan banyak’nya pohon
sagu mengindikasi bahwa mayoritas masyarakat Pulau Seram mengkonsumsi sagu serta
penghasil kopra yang mungkin saja salah satu yang terbesar di Indonesia. Bagi
para pejalan, jangan pernah menyamakan segala kemudahan yang kita dapat di
tempat kita tinggal dengan daerah yang baru saja kita jajaki. Jika di pulau
Jawa Beta terbiasa dengan lampu penerangan di sepanjang jalan, lain di Pulau
Seram dengan akses listrik yang terbatas dan lampu penerangan difokuskan hanya
di desa / pemukiman penduduk saja. Kalau dipikir-pikir ngapain juga gitu kan
menerangi hutan lebat di tengah jalan, pastinya akan boros listrik banget’kan
ya,,hhe..
|
Setibanya di Pelabuhan Waipirit pukul 10 WIT |
|
Isi bensin bensin dulu sebelum melanjutkan membelah lebatnya hutan sagu & kelapa di tengah Pulau Seram |
|
Pohon kelapa banyak ditemui di Pulau ini, kopra adalah salah satu produk olahan'nya |
|
"Selamat datang di Bumi Saka Mese Nusa", Filosofi yang artinya dalem banget. Mantab! |
Menempuh perjalanan antara 40 menit dari Waipirit, akhir’nya kami
singgah di tempat tinggal Kakak yang sempat Beta ajak ngobrol di Kapal tadi,
tepatnya di daerah Nuru. Tanpa sepengetahuan Beta, ternyata kakak tadi menghubungi
kerabat’nya di rumah untuk menyiapkan menu papeda sebagai santapan makan malam
kami. Finally makan papeda jua, Danke lai’e Kakak.:D Papeda sendiri berasa
hambar, enak dimakan panas-panas ditemani sayur & lauk pendamping yang
biasanya olahan ikan laut dengan bumbu kuning atau yang biasa kita sebut bumbu
opor. Untuk menginap malam ini, rombongan kami’pun dibagi menjadi dua bagian.
Rombongan wanita tetap tinggal, sementara rombongan para pria keren (LOL) menginap
di salah satu rumah rekan kerja kami di kantor yang lokasinya tidak begitu jauh.
Rejeki anak soleh, Tuhan paling mengerti kebutuhan anak Mess seperti ane ini,hhhe...
Setibanya di rumah singgah kedua kami’pun kembali di jamu (lagi). Beginilah
cara orang timur
menerima tamu, makan malam dengan olahan menu yang melimpah ruah, Tuak/sopi sebagai penghangat (lebih
tepatnya sebagai pengakrab suasana kali ya), dan tentu saja sajian musik local “alternatif”
sebagai penghalau sepi’nya malam. Sebenarnya tradisi menjamu dan memuliakan
tamu seperti ini sudah sering diceritakan panjang lebar oleh Ayah Beta yang
kebetulan juga orang Timor (Flores) Yaa,,,namanya juga lahir dan besar di Jawa
kan ya, pastinya perasaan Culture Shock juga dengan sambutan yang istimewa. Suguhan
musik dengan volume yang tidak biasa di tengah sepi’nya malam serasa gimana
gitu, sumpah Broo, kalau di kampung tempat tinggal Beta, minimal ditergur’lah
oleh kepala RT,Hahha.. Namun aktivitas “hajatan sederhana” ini sudah lazim
dilakukan oleh masyarakat jika ada kerabat ataupun acara seremonial keluarga. Begitulah
loyalitas’nya orang timur, tamu dianggap sebagai Anak kandung sendiri yang harus
disambut dengan hangat sebegitunya tiba di rumah :D Sementara rekan-rekan yang
lain begadang sampai pagi, Beta memohon izin untuk istirahat terlebih dahulu
(alasannya kenapa, baca postingan di bawah,,hhe..).
|
My first Papeda :)) Kenyal, hambar, makan harus disruput bukan dikunyah ya,, kata temen Beta,,hhe :) |
|
Sound yang menemani kami semalaman sampai pagi,,Hhha.. :) |
SAVANA INDAH GUNUNG MALINTANG
Selamat pagi, daan... tebakan Beta benar, beberapa
teman ane masih banyak yang masih tepar karena konsumsi olahan minuman
tradisional (SOPI)
yang berlebihan.
Alhasil keberangkatan sempat tertunda sebentar sih,,hhe.. Rekan-rekan berangkat
bergegas, Beta memilih autis mengendarai motor sendiri, mengambil posisi paling
belakang dan beberapa kali terhenti untuk mengabadikan keajaiban alam Pulau
Seram. Untuk sejenak Beta yakin bahwa Tuhan pasti sedang tersenyum saat menata
alam Nusantara ini. Savana dengan rumput hijau’nya yang luas, terkadang
ditumbuhi beberapa pohon aren tua di tengah’nya dan pohon kayu putih menjadi
pengalaman yang tidak bisa tervisualisasikan dengan dokumentasi mata kamera di
blog ini. Menuju ke Pulau Osi kita akan melewati Negeri Kamal dan Piru yang
ditembuh sekitar 50 menit hingga sebelum akhirnya sampai di tempat tujuan. Jalan masuk menuju Pulau Osi sedikit becek
saat musim hujan, hingga di ujung jalan ini kita akan menemukan pintu gerbang
yang menyatakan kita sudah sampai di Pulau Osi. Awalnya Beta heran kenapa di
samping pintu gerbang ada pangkalan ojek bukannya loket masuk seperti lazim’nya
tempat wisata yang lain. Belakangan Beta tau bahwa Pulau Osi adalah
perkampungan nelayan yang terletak paling ujung diantara gugusan pulau-pulau
kecil yang ada di sekitarnya. Dan pangkalan ojek’pun ternyata ada gunanya loh,
mengantarkan para wisatawan ke ujung pulau tersebut melewati dermaga kayu yang
ternyata sangat panjang Mas Broo,,,dermaga kayu yang kokoh tersebut hanya bisa
dilalui oleh kendaraan bermotor roda dua. Dan panjang’nya nggak sembarangan,
dari pintu gerbang hingga ujung Pulau Osi Beta hitung-hitung mungkin bisa
sepanjang 2 KM.
Mantab! Lagi-lagi Beta kepikiran, sebenarnya masuk ke lokasi ini bayar atau
tidak karena sejak awal masuk kami tidak dikenakan retribusi sepeserpun. Hmm,
atau mungkin kondisi hujan kali ya, soalnya sewaktu kami akan pulang tersedia
kotak sumbangan masuk untuk satu motor Rp. 5.000,-. Di Pulau Osi kita akan
menemukan beberapa penginapan kecil berkonsep resort di tengah laut dengan
pemandangan laut Banda dan pegunungan di pulau Seram. Wah, sayang sekali cuaca berkabut,
sebenarnya view landscape di sini sangat recomended di saat cuaca cerah. Buat
kalian yang ingin mengunjungi Pulau Seram, disarankan pada waktu musim panas
ya. Jadwal musim panas kepulauan Maluku bisa di cek di BMKG,,hhe.. :-p Tak jauh
dari lokasi ujung pulau ini terdapat perkampungan nelayan Pulau Osi yang
menyediakan olahan masakan ikan laut segar yang bisa dimakan di tempat. Per
kilogram’nya’pun relatif terjangkau, mulai dari Rp. 100.000,-/Kg kita bisa menikmati
ikan bakar ala Pulau Osi. Selesai bersantap ria, siapa yang tidak tergoda
dengan birunya laut Seram yang berada di ujung dermaga pulau ini. Dan akhirnya “jump”
Beta memilih untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyicipi asin’nya
laut Seram
langsung dari tempatnya sebelum kembali pulang ke Ambon,,Haha..
|
Savana indah di Gunung Malintang - Pulau Seram |
|
Gerimis menemanui langkah kami, jalan lintas Seram bisa dibilang halus mulus,,hhe.. |
|
Gara-gara tempat ini, ane tertinggal jauh dari rombongan,,hhe.. |
|
Perjalanan menuju Pulau Osi, jalan tidak beraspal di tengah ladang penduduk |
|
Hujan membuat tanah basah berlumpr,motor akan selip jika tidak berhati-hati |
|
Pintu gerbang masuk menuju Pulau Osi, Welcome to Pulau Osi (ingat ya, disamping gerbang ini ada Pangkalan Ojek yang siap mengantar kalian menuju ujung Pulau Osi. |
|
Rumah Tinggal penduduk Pulau Osi, mayoritas penduduk Pulau Osi beragama Muslim |
|
Ikan Garupa segar yang Juaraa! |
|
Pulau Osi :D Mungil dan indah |
|
Biru dan bening, dan Betapun terbuai untuk menyelami'nya |
FJI (For Jejakakers Information)
- Perhatian pemerintah terhadap
beberapa Pulau kecil di Indonesia semakin baik termasuk di Kepulauan
Seram. Kondisi jalan utama lintas pulau seram relatif mulus namun di
beberapa jembatan masih menggunakan kayu sebagai landasannya.
- Angkutan (biasa disebut
“Oto”) sebenarnya sudah banyak di Pulau Seram, karena kedatangan kita
malam hari, jam mobilitas Oto’pun terbatas. Selain itu, perjalanan ke
Pulau Osi yang jauh dari pemukiman menjadi pertimbangan kami untuk
mengunakan motor.
- Untuk akses listrik, pemantauan Beta
selama disana tidak ada jadwal pemadaman bergilir. Masih aman’lah untuk
aktivitas charger-mencharger gadget.
- Sediakan uang tunai yang
cukup karena akan sulit menemukan ATM di tengah perjalan.
- Isi bensin full tank
jika mengunakan motor, pastikan kendaraan prima dengan beberapa
perlengkapan cadangan akan sangat membantu jika terjadi sesuatu di tengah
perjalanan.
- Penyebrangan Feri tidak
akan diberangkatkan jika cuaca buruk / kondisi alam tidak memungkinkan.
- Pantau BMKG (via Twitter
@BMKG) untuk mengetahui update cuaca di wilayah Indonesia Timur khususnya
Maluku – Kep. Seram.
- Tinggalkan #jejakaki,
capture dokumentasi, dan buanglah sampah pada tempatnya even secuil
bungkus permen sekalipun.
3 komentar:
Masih banyak lagi tempat2 indah di Maluku.
Kemarin baru saa dari Pantai Batulubang di Liliboi,Mantab! Boleh dong kapan-kapan ajak Beta wisata kuliner seputaran Kota Ambon.. hha :))
Bagi travellers yang tertarik untuk mengunjungi Pulau Osi di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, kami menyediakan jasa sewa mobil ke Pulau Osi dengan harga bersahabat.
Silahkan Kunjungi Kami : Jasa Sewa Mobil di Ambon
Posting Komentar