Kamis, 19 Maret 2015

Pantai Batu Lubang, Destinasi Tersembunyi di Sudut Pulau "Manise"

Rancangan Akhir Pekan


       Akhir pekan di Ambon, waktu yang berharga yang harus dimanfaatkan bener-bener apalagi bagi perantau’ers seperti Beta ini. Jauh hari setelah trip ke Pulau Osi, Beta kembali menjadi tukang kompor untuk memprofokasi temen-temen kerja di kantor yang memang kebetulan tinggal dan besar di Ambon. Tiap kali buka obrolan di kantor, pasti nggak jauh-jauh Beta selipkan mengenai asik’nya jalan-jalan  dan mendadak jadi orang yang kepo addicted mengenai suatu lokasi yang notabenya bisa Beta searching dengan mudahnya di Google,hhe.. Kegiatan memprovokasi Beta ke temen-temen sebenarnya cukup berhasil sih, tapi ya.. pada akhirnya cuman asik di obrolan yang pada hakekatnya tidak terwujud dengan mengantarkan Beta ke TKP (Tempat Kawasan Pariwisata) #Modus Tingkat Dewa,hha.. Hmm, tapi kalo sudah ngobrol & sharing dengan Bung Glen (Suhu’nya kepulauan Maluku yang satu ini memang Te-O-Pe) obrolan yang semula basa-basi harus segera dieksekusi. Ibarat kata, mau kemana ayo aja,, Nahh,,, Beta suka dengan gaya asik Beliau yang satu ini,,hhe.. Sabtu sore Beta kembali memastikan bahwa rencana kita untuk mengunjungi Pantai Batu Lubang harus jadi (dengan gaya sedikit memaksa),jhha.. Penasaran berat dengan lokasi ini setelah baca artikel di salah satu majalah dan diiming-imingi foto dari Beliau yang baru saja mengunjungi tempat tersebut beberapa waktu lalu. Beliau mengiyakan bahwa besok kami akan berangkat pukul 10 WIT  dengan moda transportasi Motor dengan 2 rekan kantor ane yang lainnya.

Hampir “Seng Jadi” Pigi
          Kesempatan emas yang berharga ini (alah),  hampir saja tidak tereksekusi karena 2 rekan kami yang lain mendadak tidak ada motor karena suatu alasan. Setelah 2 jam tidak ada kepastian, akhirnya kami memutuskan untuk berangkat. Berdua? Oh iya, kami ketambahan peserta cilik yang ikut dalam jalan-jalan kali ini. Putri Bung Glen yang lucu; Ivana sepertinya ingin turut serta melepas kangen dengan Ayah’nya yang memang selama 3 bulan terakhir ini tidak bertemu. Perjalanan kami di mulai dari lokasi Mess Beta di Natsepa. FJI, sebenarnya lokasi ini sangat mudah di jangkau karena lokasinya yang tidak jauh dari Bandara Pattimura – Ambon. Dari Bandara Pattimura, teman-teman bisa naik Oto ke jurusan Liliboi (Bilang saja mau ke Pantai Batu Lubang) dengan jarak tempuh 30 menit. Jika teman-teman dari Pusat Kota Ambon, teman-teman bisa menggunakan moda transportasi angkot “oto” dengan rute ke Passo,Tarif Rp.4.000,-, dari Passo bisa melanjutkan perjalanan dengan Oto ke Laha / Bandara Pattimura arah ke Liliboi. Perjalanan dari Kota ke Liliboi kurang lebih menempuh waktu antara 1 jam 15 menit. Menurut pantauan Beta, perjalanan dari kota semakin dekat ke lokasi jika pembangunan jembatan lintas kota – Universitas Pattimura sudah jadi, namun saat ini sedang tahap penyelesaian. Dari Passo menuju Liliboi di bulan – bulan Maret seperti ini teman-teman akan menemui banyak masyarakat yang menjual buah Manggis & Gandaria. Jika Makassar terkenal akan buah Merkisanya, buah Gandaria adalah salah satu buah endemik yang hanya akan teman-teman temui di kepulauan Maluku. Masuk ke kawasan Negeri Hatu, di sepanjang jalan Beta menemui banyak tanda salib yang berjajar rapi di sepanjang jalan desa. Rupanya masyarakat Ambon masih memegang teguh nila-nilai kerohanian (khususnya bagi Masyarakat Kristiani) dalam mengaktualisasikan hari-hari khusus keagamaan Kristen (NO SARA). Jadi, jangan heran ya kalau teman-teman datang ke Ambon di beberapa desa / dipinggiran kota dihiasi dengan ornamen-ornamen & lampion bertemakan kristiani, tanda’nya masyarakat sedang mempersiapkan / menyambut hari khusus keagaman.J 
Nyiur di sepanjang perjalanan di bibir pantai :)
Nampak sTanda Salib di sepanjang jalan
   Tiba di lokasi, sebenarnya sangat di luar ekspektasi Beta. Yang ada di benak Beta, lokasi ber-tempat parkir luas, ber-tiket & ber-tata layaknya tempat lokasi wisata kebanyakan. Yang ada lokasi ini masih sangat “Suci” Mas Brooo! Tanpa bayar alias gratis, parkir’pun kita masih melipir di pinggiran sisi jalan. Memasuki semak belukar berjalan setapak, Beta beberapa kali meyakinkan Bung Glen apakah kita berada di jalan menuju kebenaran,,hahaha... Toh tiba di lokasi Beta langsung terperanggah dengan kecantikan lokasi yang Beta sebut masih “Suci” ini.  Di atas bukit Batu Lubang, kita bisa melihat dua bagian yang kontras nan Indah. Di satu bagian Beta melihat Karang Berlubang yang tergerus oleh aktivitas alamiah, di sisi lain kita akan melihat cantiknya pantai berkerikil halus ditumbuhi vegetasi khas yang masih alami. Itu saja? Oh No,, lagi-lagi bening’nya air dan “kesucian” pantai ini membuat Beta terhasut untuk segera menyelami’nya..hha.. Anak-anak kecil bermain sampan, melompat dari rindangnya pohon yang menjorok ke laut melengkapi imajinasi Beta akan salah satu program televisi yang bertemakan anak-anak Nusantara. Hari Minggu seperti ini, Pantai Batu Lubang cukup ramai, namun Bung Glen yang memang sejak dulu mengenal lokasi ini berkata bahwa lokasi ini ramai baru-baru ini. Pastinya seiring dengan berkembangnya social media ya, membuat destinasi tersembunyi seperti ini dengan mudahnya disambangi. Karena dari bukit Batu Lubang ke pantai di bawahnya terlalu curam, kami memutuskan masuk melalui area jalan yang sudah ditata oleh warga sekitar dengan sumbangan sukarela saja. Beta kembai ke Natsepa setelah sebelumnya singgah terlebih dahulu di rumah Bung Glen dan bercengkrama dengan keluarga Beliau. Danke banyak-banyak untuk pengalaman kali ini Bung! Mantab!

  
Tolong jangan nodai "kesucian" & keindahan ini ya :))

Blusukan, jalan setapak menuju lokasi Batu Lubang,hhe..

Memandangi teluk Ambon nun kejauhan...

Batu Lubang, nampak atas (lumayan tinggi & dalam kalo di lihat dari atas gini)

Wide Screen :D

Vegetasi alami di bibir pantai berkarang :)

Gifo (Gila Foto),hhe.. :P 
FJI (For Jejakakers Information)
  1. Jalan halus mulus, sangat disarankan untuk menggunakan motor untuk menuju lokasi ini. Angkutan “Oto” ke tempat ini sebenarnya ada, namun dengan traffic yang relatih jarang.
  2. Lokasi ini akan menjadi milik kalian pribadi (sepi) jika kalian datang pada hari-hari biasa (tidak pada hari libur).
  3.  Jalan menuju sisi bukit batu lubang cukup curam, gunakan pakaian yang fleksibel. Tidak disarankan untuk memaksakan diri turun ke lokasi.
  4. Tidak ada warung, tidak ada ruang ganti pakaian. Bawa makanan secukup’nya (khususnya air minum) dan perlengkapan ganti yang fleksibel jika ingin menyelami “suci & biru’nya” pantai ini 
  5. Tinggalkan #jejakaki, capture dokumentasi, dan buanglah sampah pada tempatnya even secuil bungkus permen sekalipun.

Tidak ada komentar: